Home » » Pukat Pantai (Beach Seine)

Pukat Pantai (Beach Seine)

KARTA JAYA | 1/13/2011 | 0 komentar |
Definisi dan Klasifikasi 
Lautan Biru (Januari 2011), Pukat pantai (Beach Seine) adalah suatu alat tangkap yang termasuk dalam pukat kantong, bentuknya seperti payang (berkantong) dan bersayap yang dalam operasi penangkapannya ditarik ke arah pantai. Dalam arti luas juga dimaksudkan semua jaring baik yang dilengkapi kantong maupun tidak yang dalam pengoperasiannya menelusuri dasar dan pada akhir penangkapannya hasilnya didaratkan ke pantai. Zaochman (1996). Menurut kelompok kami pukat kantong masuk ke dalam klasifikasi pukat kantong lingkar (Bag Seine Net).
Konstruksi Alat Penangkapan Ikan  
Pukat pantai terdiri dari tiga bagian penting yaitu kantong (bag), badan (shoulder) dan sayap (wings) ( Subani dan Barus.1989). Masing-masing bagian masih terdiri atas beberapa sub bagian lagi. Diantaranya  Sayap (Wings), Sayap merupakan perpanjangan dari bahan jaring, berjumlah sepasang terletak pada masing-masing sisi jarring. Masing-masing sayap terdiri atas  Ajuk-ajuk, yang berada di ujung depan dan biasanya terbuat dari polyethyline. Gembungan, yang terdapat di tengah dan biasanya juga terbuat dari polyethyline. Lalu Clangap, yang berada di dekat badan dan biasanya juga terbuat dari polyethyline atau bahan sintetis lainnya.      
Bagian kedua Kantong (bag) yang berfungsi sebagai tampat ikan hasil tangkapan, berbentuk kerucut pada ujungnya diikat sebuah tali sehingga ikan-ikan tidak lolos. Biasanya masih dibantu dengan kebo kaos untuk membantu menampung hasil tangkapan. Kantong terdiri atas bagian-bagian yang mempunyai ukuran mata yang berbeda-beda. Kantong terdiri dari dua bagian, pada umumnya bagian depan berukuran mata sekitar 14 mm, berjumlah sekitar 290 dan panjang sekitar 2,20 m. Bagian belakang kira kira memiliki ukuran mata 13 mm, dengan jumlah sekitar 770, dan panjang sekitar 4 m.
Bagian ketiga terdapat badan jaring yang terletak di tengah-tengah antara kantong dan kedua sayap. Berbentuk bulat panjang berfungsi untuk melingkupi ikan yang sudah terperangkap agar masuk ke kantong. Badan terdiri atas bagian depan yang mempunyai ukuran mata yang lebih kecil daripada bagian belakang dan dengan panjang serta jumlah mata yang lebih banyak daripada bagian belakang.
Kedudukan pukat pantai di perairan sangat ditentukan oleh keberadaan pelampung dan pemberat pukat pantai. Pemasangan pemberat pada umumnya ditempatkan pada bagian bawah alat tangkap. Fungsinya agar bagian-bagian yang dipasangi pemberat ini cepat tenggelam dan tetap pada posisinya meskipun mendapat pengaruh dari arus serta membantu membuka mulut jaring kearah bawah.  Untuk membuka mulut jaring diperlukan pelampung ,sesuai dengan namanya fungsi pelampung digunakan untuk memberi daya apung atau untuk mengapungkan dan merentangkan sayap serta membuka mulut jaring ke atas pada alat tangkap pukat pantai.
Selain hal-hal yang telah disebutkan diatas pukat pantai juga menggunakan tali temali. Tali tamali yang terdapat dalam pukat pantai ada tiga jenis, yaitu:  Tali Penarik (Warps) dan Tali Goci (Bridles) Terletak pada dua ujung sayap, berfungsi untuk menarik jaring pukat pantai pada setiap operasi penangkapan. Tali ini ditarik dari pantai oleh nelayan dengan masing-masing sayap ditarik oleh sekitar 13 nelayan atau tergantung dengan panjang dan besarnya pukat pantai. Tali Ris Atas (Lines) Berfungsi sebagai tempat untuk melekatnya jaring pada bagian atas dan pelampung. Tali ini terletak pada kedua sayap. Tali Ris Bawah (Ground Rope) Tali ini berfungsi sebagai tempat melekatnya jaring pada bagian bawah dan pemberat. Tali ini terletak pada kedua sayap jaring.
Seperti yang telah disebutkan pada konstruksi maupun detail konstruksi, pada prinsipnya pukat pantai terdiri dari bagian-bagian kantong yang berbentuk kerucut yang bisa dibuat dari bahan waring, katun maupun bahan sintetis lain seperti waring karuna, nilon bahan dari plastic maupun polyethylene (PE). Bagian kaki atau sayap dibuat dari bahan benang katun atau bahan sintetis lainnya. Pada bagian atas mulut dan kaki diikatkan pelampung. Pelampung ini kebanyakan terbuat dari bahan sintetis yang bersifat mudah mengapung atau tidak tenggelam dan biasanya berbentuk silinder. Sedangkan pada ris bawah diikatkat pemberat yang bisa terbuat dari timah atau dapat pula digunakan rantai besi. Pada masa dahulu masih digunakan pemberat yang terbuat dari bahan liat maupun batu. Namun sekarang sudah jarang digunakan karena daya awetnya rendah (Zaochman, 1996).  (Gambar terdapat di lampiran). Menurut kelompok kami, parameter utama alat tangkap ini adalah ukuran alat tangkap yang digunakan dan ukuran mata jaring dari pukat pantai tersebut. 

Kelengkapan Dalam Unit Penangkapan Ikan
Kapal

Menurut kelompok kami dalam pengoprasian pukat pantai tidak menggunakan kapal maupun perahu, karena pukat pantai dioprasikan di pinggir pantai.

Nelayan

Menurut kelompok kami jumlah nelayan yang mengoperasikan pukat pantai tergantung dari besarnya konstruksi pukat pantai, semakin besar pukat pantai maka nelayan yang terlibat juga semakin besar, namun jika pukat pantai yang dioperasikan kecil maka jumlah nelayan yang terlibat sedikit. Hal ini didukung oleh Subani (1989) yang menyatakan bahwa pukat pantai termasuk alat tangkap yang sederhana yang dalam pengoperasiannya membutuhkan tenaga kerja relatif sedikit, yaitu dua orang untuk skala kecil dan > 20 untuk skala yang besar dengan tugas yaitu dua orang untuk proses setting di laut dan sisanya digunakan dalam proses penarikan (hauling).

Alat Bantu

Alat bantu yag digunakan dalam pengoperasian pukat pantai tidak ada, dan dalam melakukan pengoperasian pukat pantai tidak menggunakan umpan.

Metode Pengoprasian Alat
Pertama-tama sebelum operasi penangkapan dilakukan, syarat-syarat fishing ground sudah harus ditemukan dan jarak sudah mencapai sekitar 700 m (sepanjang tali hela) dari pantai. Jaring diturunkan dengan menggunakan kapal atau perahu sepanjang tali helai atau selambar. Setelah kedua ujung tali penarik berada di pantai, masing-masing ujung ditarik oleh sekelompok nelayan yang berjumlah sekitar 13 orang per kelompok. Pada saat itu perahu kembali kelaut untuk mengambil tali kantong dan mengikuti jaring hingga ke pantai selama penarikan jaring.

Ketika sayap mulai terangkat di bibir pantai, penarikan di komando oleh seorang mandor untuk mengatur posisi jarring agar ikan tidak banyak yang lepas. Bersamaan dengan itu perahu dikayuh menuju ujung kantong yang diberi tanda dengan bendera yang terpasang pada pelampung. Salah satu dari crew penebar mengikatkan kebo kaos pada bagian ujung kantong. Kebo kantong tersebut dimaksudkan sebagai tempat ikan hasil tangkapan agar jaring tidak rusak akibat terlalu banyak muatan. Sambil memegang kebo kaos tersebut nelayan berenang mengikuti jarring sampai ke pinggir pantai. Kecepatan penarikan dapat dihitung dengan cara membagi panjang keseluruhan dengan lamanya penarikan (Subani, dkk. 1989).

Daerah pengoperasian alat

Menurut kami daerah pengoprasian pukat pantai di seluruh Indonesia yang memiliki pantai landai berlumpur dan tidak terdapat karang. Hal ini sesuai dengan Subani (1989) yang menyatakan bahwa daerah penangkapan dengan menggunakakan pukat pantai dilakukan pada daerah  yang berdasar pasir, lumpur dan keadaannya rata tidak berbatu-batu atau karang, karena dapat menyebabkan sobeknya jaring karena tersangkut.

Hasil Hangkapan

            Hasil tangkapan yang diperoleh dengan alat tangkap pukat pantai terutama jenis-jenis ikan dasar atau jenis ikan demersal dan udang antara lain yaitu; pari (rays), cucut (shark), teri (stolepharus spp), bulu ayam (setipinna spp), beloso (saurida spp), manyung (arius spp), sembilang (plotosus spp), krepa (epinephelus spp), kerong-kerong (therapon spp), gerot-gerot (pristipoma spp), biji nangka (parupeneus spp), kapas-kapas (gerres spp), petek (leiognathus spp), ikan lidah dan sebelah (psettodidae), dan jenis jenis udang (shrimp). Namun menurut Subani dkk (1989) menyatakan bahwa hasil tangkapan utama dari alat tangkap ini seperti madidihang (Thunus albacares), cakalang (Katsuonus pelamis), cumi-cumi (laligo sp.), setuhuk putih (Makaira mazara), julung-julung (Hemmirhampus far), kuwe (Caranx spp.), layur (Trichiurus spp.), petek (Leiognathus spp.), dan siro (Sardinella spp.).
Share this article :
 
Didukung oleh : Karta Jaya Web | TIPS untuk Blogger | TIPS dan TRIK BLOG
Copyright © 2010. LautanBiru.com
Note : Semua artikel yang ada dalam blog ini, semata-mata hanya untuk
dibagikan buat sobat blogger yang membutuhkan
Template blog telah dimodifikasi dengan perubahan tampilan yang ada.
TERIMA KASIH atas kunjungan Anda.
Jika ada saran/kritik, silahkan kirim e-mail ke:
Kartajaya25@gmail.com atau karta.tambunan@ymail.com