1.PERANGKAP PLASTIK SATU PINTU
Lautan Biru (Januari 2011), Perangkap ini ditujukan untuk menangkap lobster. Sesuai dengan namanya, hampir seluruh bagian perangkap terbuat dari plastik. Bahan utamanya adalah plastik tudung saji berbentuk kubah. Kelebihan jenis perangkap ini adalah tahan lama, mudah dalam pembuatannya, murah harganya, dan mudah dalam perawatannya. Kelebihan lainnya adalah sangat ringan dan dapat ditumpuk. Nelayan dapat membawa perangkap dalam jumlah yang sangat banyak di atas perahu ketika akan melakukan penangkapan lobster.. Perakitan perangkap dapat dilakukan sesaat sebelum dilakukan perendaman.
Pada Gambar 15 ditunjukkan konstruksi dan dimensi perangkap plastik. Pintu masuk terletak dibagian atas perangkap. Bagian bawahnya ditutup oleh jaring yang dibentuk pada sebuah kerangka berbentuk lingkaran yang terbuat dari besi f = 1,2 cm. Besi ini juga berfungsi sebagai pemberat. Pada saat tidak dioperasikan, jaring penutup dapat dilepas dari dasar perangkap, sehingga perangkap dapat ditumpuk
Keberhasilan penangkapan lobster dengan perangkap ditentukan oleh banyak faktor. Tiga diantaranya adalah warna perangkap, jenis umpan, dan konstruksi dinding perangkap yang dirayapi oleh lobster. Pengujiannya harus dilakukan satu per satu.
Warna Perangkap
Dimensi tudung tudung saji – bahan pembuat perangkap – relatif seragam, karena dibuat hanya oleh satu pabrik. Hal yang berbeda hanya pada warnanya yang cukup beragam. Jenis warna yang banyak terdapat dipasaran adalah merah, biru, dan hijau. Uji penentuan warna perangkap yang disukai oleh lobster hijau (Panulirus homarus) telah dilakukan. Caranya dengan meletakkan perangkap tanpa umpan berwarna merah (M), biru (B), dan hijau (H) secara sejajar. Sebanyak enam lobster dibiarkan berada di sekitarnya. Susunan perangkap dan posisi lobster dijelaskan pada Gambar 2. Setelah dilakukan 6 kali ulangan, seluruh lobster ternyata mendatangi perangkap berwarna merah.
Operasi Penangkapan
Gambar1. |
Gambar 2. |
Konstruksi Dinding Perangkap
Konstruksi permukaan dinding perangkap yang ideal mudah dirayapi oleh lobster. Berdasarkan konstruksi perangkap yang standar (rancangan 1), maka ada 3 macam konstruksi yang dapat dibentuk, yaitu celah horizontal (rancangan 2), celah vertikal (rancangan 3), dan celah persegi (rancangan 4) (Gambar 18). Untuk mengujinya, maka perangkap diberi umpan dan diletakkan ke dalam wadah percobaan yang telah berisi lobster. Dari ke-4 konstruksi dinding perangkap, lobster lebih mudah merayapi dinding rancangan 3 atau celah vertikal. Ini dibuktikan dengan waktu yang lebih cepat dan lintasannya sederhana tidak berbelok-belok.
Gambar 3. |
Perangkap plastik masih dalam tahap penelitian dan belum diujicoba di laut. Untuk mengoperasikannya dapat secara terpisah atau rawai. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, maka konstruksi dinding perangkap harus berpola celah vertikal, perangkap berwarna merah, dan jenis umpan yang digunakan adalah rajungan.
2.PERANGKAP PLASTIK DUA PINTU
Anwar (2001) meneliti perangkap plastik 2 pintu untuk menangkap lobster. Tujuannya agar lobster mudah masuk kedalam perangkap. Material yang digunakan untuk membuat perangkap 2 pintu sama dengan 1 pintu. Bedanya hanya pada jumlah dan diameter pintu masuk. Pada Gambar 19 ditunjukkan konstruksi dan dimensi perangkap plastik yang memiliki 1 dan 2 pintu.
Jenis perangkap ini masih dalam tahapan ujicoba di laboratorium. Anwar (2001) mencoba membandingkan keduanya. Caranya, perangkap direndam kedalam akuarium yang berisi 20 ekor lobster hijau pasir (Panulirus homarus) selama 3 jam secara bergantian. Setelah 10 kali ulangan, perangkap 1 pintu menangkap 37 lobster dan perangkap 2 pintu 67 lobster. Perangkap 2 pintu memiliki kelemahan pada pintunya, karena sebanyak 26 ekor lobster dapat keluar. Meskipun demikian, perangkap 2 pintu lebih layak dikembangkan. Masalah teknis pada konstruksi pintu dapat diperbaiki dengan cara mempertinggi pintu masuk dari dasar perangkap atau memperkecil pintu masuk yang berada didalam perangkap.
Gambar 4. |
3. LOBSTER POT
Lobster pot digunakan untuk menangkap lobster. Alat tangkap ini berasal dari Jepang dan belum digunakan di Indonesia. Disebut pot, karena bentuknya seperti pot atau jembangan bunga.
Konstruksi
Konstruksi lobster pot terbuat dari kerangka besi masif dengan diameter 12 mm berbentuk kerucut terpancung. Tinggi kerangka 42 cm, diameter bagian atas 60 cm dan dasar 79 cm. Kerangka perangkap diselimuti oleh jaring multifilament polyethylene (PE) 400 D/9 dengan ukuran mata 2 cm. Pada Gambar 5 ditunjukkan konstruksi dan dimensi lobster pot.
Gambar 5. |
Operasi Penangkapan
Metode operasi penangkapan dapat dilakukan dengan cara teruntai atau terpisah. Hestirianoto (1985) mengoperasikan lobster pot di Palabuhanratu secara teruntai. Jumlah perangkap yang dioperasikan sebanyak 9 buah. Setiap 3 perangkap dikelompokkan dalam satu rangkaian dan terhubung dengan tali utama. Lokasi penangkapannya di perairan pantai Palabuhanratu pada kedalaman 10-15 m. Sebagai perlakuan adalah waktu operasi dan jenis umpan yang terdiri atas daging ikan hiu, layur, dan campuran keduanya.
Hasil Tangkapan
Jenis hasil tangkapan lobster pot adalah lobster dan hasil tangkapan sampingan yang berupa ikan, siput, rajungan dan klomang. Jumlah hasil tangkapan lobster tidak terpengaruh oleh jenis umpan, tetapi hanya terpengaruh oleh waktu operasi penangkapan. Lobster sama sekali tidak tertangkap pada waktu bulan terang. Adapun hasil tangkapan sampingan sangat terpengaruh oleh jenis umpan. Campuran umpan daging hiu dan layur sangat disukai ikan, siput, rajungan dan klomang.
4. KRENDET
Krendet dikembangkan oleh nelayan pantai selatan Yogyakarta untuk menangkap lobster. Alat ini tergolong sangat sederhana dan dapat dioperasikan dari atas tebing yang curam. Caranya dengan melempar krendet ke laut dengan atau tanpa bantuan kayu pelontar.
Konstruksi Krendet
Bagian utama krendet adalah jaring yang disusun pada kerangka besi berbentuk bulat. Diameter besi adalah 4 mm dan kerangka yang dibentuknya bergaris tengah 80 cm. Sebagai penutupnya digunakan 2 lapis jaring monofilament polyamide (PA) dengan ukuran mata 5,5 inci. Pada bagian tengah kerangka jaring dipasang tali umpan. Gunanya sebagai tempat mengikatkan umpan.
Tali krendet terbuat dari bahan multifilament polyethylene (PE) bergaris tengah 3 mm. Panjangnya tergantung pada ketinggian tebing atau jarak lempar yang diinginkan. Beberapa krendet memiliki panjang tali mencapai 100 m. Tali ini berfungsi untuk menarik krendet dari dasar laut. Krendet terdiri atas tali krendet, tali umpan, kerangka, jaring dan pemberat. Pada Gambar 6 ditunjukkan konstruksi dan dimensi krendet.
Kerangka krendet yang terbuat dari besi sebenarnya sudah berfungsi sebagai pemberat. Namun demikian, nelayan masih tetap menggunakan pemberat tambahan dari batu dengan bobot antara 0,5-1 kg. Fungsinya untuk membuat lemparan lebih jauh dan terarah serta krendet lebih cepat tenggelam.
Gambar 6. Kontruksi Kendret |
Operasi Penangkapan
Krendet dioperasikan satu persatu. Nelayan pantai selatan Yogyakarta mengoperasikan krendet dari atas tebing. Ketinggiannya dari permukaan laut mencapai 70 m. Untuk ketinggian tebing yang rendah dan lokasi penempatan krendet yang tidak terlalu jauh, maka krendet cukup dilempar dengan tangan. Kayu pelontar bercagak digunakan ketika tebing sangat tinggi atau lokasi penempatan krendet cukup jauh. Posisi krendet ketika dioperasikan diperlihatkan pada Gambar 7. Konstruksi krendet yang tersusun atas jaring berukuran mata besar dan dioperasikan pada daerah berkarang hanya memungkinkan organisma yang tertangkap berupa lobster dan kepiting. Lesmana (2006) mengoperasikan 10 krendet selama 12 hari dari atas tebing di perairan Wonogiri. Waktu operasi dimulai pukul 16.00 hingga pagi hari. Hasil tangkapannya berupa lobster dan kepiting bakau. Jumlahnya masing-masing adalah spiny lobster batu (Panulirus apenicillatus) sebanyak 75 ekor, spiny lobster hijau pasir (Panulirus homarus) 33 ekor, dan kepiting bakau (Scylla sp.) 11 ekor.
Gambar 7. Posisi Krendet saat dioperasikan. |