Tampilkan postingan dengan label Alat Bantu Penangkapan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Alat Bantu Penangkapan. Tampilkan semua postingan

Sextan

KARTA JAYA | 10/10/2012 | 0 komentar |

Sextan adalah alat navigasi di laut yang digunakan untuk mengukur ketinggian benda-benda langit di atas cakrawala agar dapat menentukan posisi kapal. Sextant pada umumnya berbentuk segitiga dimana salah satu kakinya berupa busur. Di bawah ini merupakan gambar sextant:
Gambar Sextan

Pada dasarnya sextant terdiri dari sebuah teleskop, cermin separuh yang dilapisi perak dan sebuah lengan ayun yang memiliki cermin indeks.Untuk menentukan keakuratan suatu sextant maka dilakukan pengaturan oleh sekrup pada mikrometernya. Nilai yang terdapat pada bagian kaki sextant adalah dari 0 sampai dengan 60 derajat.
Prinsip Kerja Sextant:
  1. Sudut datang sama dengan sudut pantulan, maksudnya cahaya yang datang akan dipantulkan dengan sudut yang sama pada cermin datar.
  2. Sudut antara cahaya datang dengan sudut pantulan terakhir adalah sama dengan dua kali sudut yang ada diantara kedua cermin, hal ini terjadi bila cahaya dipantulkan dua kali pada bidang datar yang sama oleh dua buah cermin. Perhitungan Ketinggian Benda Langit Untuk memperoleh hasil pengukuran tinggi benda langit dalam menghitung posisi pengamat harus dilakukan pengkoreksian supaya untuk memperoleh sudut ketinggian yang sesungguhnya.Terdapat beberapa hasil pengukuran tinggi benda langit diatas visible horizon yaitu :
  • Observer Visible Horizon, merupakan cakrawala yang terlihat dari mata pengamat dilaut dimana seorang pengamat berada pada ketinggian mata 30 kaki diatas permukaan laut yang memiliki jarak 6.5 mil.
  • Sensible Horizon, Dimana ketinggian mata pengamat dan tegak lurus terhadap garis maya vertikal pengamat.
  • Rational Horizon, merupakan bidang paralel dengan sensible horizon dan tegak lurus terhadap garis maya yang ditarik dari pusat bumi menuju posisi pengamat.
  • Dip, sudut yang dibentuk antara visible horizon dengan sensible horizon. Dip mempunyai besaran yang merupakan penyesuaian pada posisi ketinggian mata dari permukaan air laut.
  • Sextant Altitude , adalah ketinggian suatu benda angkasa yang diukur dengan sextant oleh pengamat, besar sudutnya dibentuk antara visible horizon dengan benda angkasa
  • Observed Altitude, Sextant Altitude yang telah dilakukan pengkoreksian terhadap kemungkinan adanya index error
Pada saat melakukan pengukuran ada kemungkinan kesalahan utama yang terjadi dalam pada sextant, tetapi hal itu dapat dikoreksi. Kesalahan yang sering terjadi pada sextant yaitu :
  1. Side Error, merupakan kesalahan yang disebabkan oleh ”horizon glass” tidak benar-benar tegak lurus dengan bidang datar sextant tersebut. Bila posisi ”horizon glass” tegak lurus , maka obyek dan refleksinya akan berada pada satu garis lurus. Untuk mendeteksinya maka posisikan lengan ayun pada titik 0 dan pegang sextant secara miring, selain juga cara lain mendeteksi kesalahan tersebut adalah dengan memutar tuas micrometer secara maju mundurdisekitar angka 0 derajat sambil melihat pada benda angkasa.
  2. Perpendicularity, kesalahan ini terjadi pada bagian ”index glass/mirror” tidak benar-benar tegak lurus dengan bidang datar sextant tersebut. Kesalahan ini dapat dikoreksi dengan memutar ”sekrup pengatur” yang berada di belakang ”index glass” sampai busur tersebut nampak segaris dengan refleksinya sendiri. Untuk mendeteksinya lakukan tes dengan cara memegang sextant secara horizontal sejauh lengan kita dengan busur pada sisi jauh, kemudian geser letak lengan ayunannya sejauh kurang lebih 35 derajat, apabila pada index glass sudut yang dibentuknya kecil maka keselahan tersebut adalah perpendicularity.
  3. Error of parallelism, disebabkan karena posisi index glass dan horizon glass tidak parallel satu dengan lainnya pada saat posisi lengan ayun berada di angka 0 derajat. Cara mendeteksinya yaitu dengan cara meletakan lengan ayunan pada sudut 0 derajat, memegang sextant dengan posisi vertikal dan mengamati cakrawala. Untuk melakukan koreksi pada parallelism gunakan sekrup yang terletak paling dekat dengan bidang kerangfka sextant. Apabila horizon nyata dan refleksinya tidak berada ada dalam satu garis maka untuk melakukan pengaturan selanjutnya adalah dengan cara menggunakan sekrup kemudian lakukan pengaturan yang berada dibalik horizon glass.

Kompas

KARTA JAYA | 10/10/2012 | 0 komentar |

Kompas adalah alat navigasi untuk menentukan arah berupa sebuah panah penunjuk magnetis yang bebas menyelaraskan dirinya dengan medan magnet bumi secara akurat. Kompas memberikan rujukan arah tertentu, sehingga sangat membantu dalam bidang navigasi. Arah mata angin yang ditunjuknya adalah utara, selatan, timur, dan barat. Apabila digunakan bersama-sama dengan jam dan sekstan, maka kompas akan lebih akurat dalam menunjukkan arah. Alat ini membantu perkembangan perdagangan maritim dengan membuat perjalanan jauh lebih aman dan efisien dibandingkan saat manusia masih berpedoman pada kedudukan bintang untuk menentukan arah.
Penemuan bahwa jarum magnetik selalu mengarah ke utara dan selatan terjadi di Cina dan diuraikan dalam buku Loven Heng. Di abad kesembilan, orang Cina telah mengembangkan kompas berupa jarum yang mengambang dan jarum yang berputar.Pelaut Persia memperoleh kompas dari orang Cina dan kemudian memperdagangkannya. Tetapi baru pada tahun 1877 orang Inggris, William Thomson, 1st Baron Kelvin (Lord Kelvin) membuat kompas yang dapat diterima oleh semua negara. Dengan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang timbul dari deviasi magnetik karena meningkatnya penggunaan besi dalam arsitektur kapal.
Alat apa pun yang memiliki batang atau jarum magnetis yang bebas bergerak menunjuk arah utara magnetis dari magnetosfer sebuah planet sudah bisa dianggap sebagai kompas.
Kompas jam adalah kompas yang dilengkapi dengan jam matahari. 
Kompas variasi adalah alat khusus berstruktur rapuh yang digunakan dengan cara mengamati variasi pergerakan jarum. 
Girokompas digunakan untuk menentukan utara sejati.
Lokasi magnet di Kutub Utara selalu bergeser dari masa ke masa. Penelitian terakhir yang dilakukan oleh The Geological Survey of Canada melaporkan bahwa posisi magnet ini bergerak kira-kira 40 km per tahun ke arah barat laut.

Berikut ini adalah arah mata angin yang dapat ditentukan kompas.
Utara (disingkat U atau N)
Barat (disingkat B atau W)
Timur (disingkat T atau E)
Selatan (disingkat S)
Barat laut (antara barat dan utara, disingkat NW)
Timur laut (antara timur dan utara, disingkat NE)
Barat daya (antara barat dan selatan, disingkat SW)
Tenggara (antara timur dan selatan, disingkat SE)

Jenis kompas
Kompas dibedakan menjadi dua jenis, yaitu kompas analog dan kompas digital.
Kompas analog
Kompas analog adalah kompas yang biasa kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya saja kompas yang dipakai ketika acara pramuka. Sedangkan kompas digital merupakan kompas yang telah menggunakan proses digitalisasi. Dengan kata lain cara kerja kompas ini menggunakan komputerisasi.
Kompas digital
Diciptakannya kompas digital bertujuan untuk melengkapi kebutuhan robotika yang semakin canggih. Dunia robotika ini sangat membutuhkan alat navigasi yang efektif dan efisien. Sementara itu alat sistem navigasi yang tersedia di pasaran harganya mahal. Sedangkan kompas sendiri merupakan sebuah alat sistem navigasi yang efektif dengan harga lebih murah. oleh karena itu kompas digital diharapkan bisa mensubstitusi alat sistem navigasi pada robot.
Kompas-kompas digital yang ada di pasaran banyak macamnya. Di antaranya yaitu CMPS03 Magnetic Compass buatan Devantech Ltd. CMPS03 yang berukuran 4 x 4 cm ini menggunakan sensor medan magnet Philips KMZ51 yang cukup sensitif untuk mendeteksi medan magnet bumi. Kompas digital ini cukup supplai tegangan sebesar 5 Vdc dengan konsumsi arus 15mA. Pada CMPS03, arah mata angin dibagi dalam bentuk derajat yaitu : Utara (0), Timur (90), Selatan (180) dan Barat (270).
Ada dua cara untuk menperoleh informasi arah dari kompas digital ini yaitu dengan membaca sinyal PWM (Pulse Width Modulation) pada pin 4 atau dengan membaca data interface I2C pada pin 2 dan 3. Sinyal PWM adalah sebuah sinyal yang telah dimodulasi lebar pulsanya. Pada CMPS03, lebar pulsa positif merepresentasikan sudut arah. Lebar pulsa bervariasi antara 1mS (00) sampai 36.99mS (359.90). Dengan kata lain lebar pulsa berubah sebesar 100uS setiap derajatnya. Sinyal akan low selama 65mS di antara pulsa, sehingga total periodanya adalah 65mS + lebar pulsa positif (antara 66mS sampai 102mS). Pulsa tersebut dihasilkan oleh timer 16 bit di dalam prosesornya, yang memberikan resolusi 1uS.
Selain PWM, CMPS03 juga dilengkapi dengan interface I2C yang dapat digunakan untuk membaca data arah dalam bentuk data serial. Pada mode 8 bit, arah utara ditunjukkan dengan data 255 dengan resolusi 1,40625 derajat/bit. Pada mode 16 bit, arah utara ditunjukkan dengan data 65535 sehingga resolusinya menjadi 0,0055 derajat/bit.
Dari berbagai macam kompas digital di atas dapat diketahui bahwa kompas digital CMPS03 merupakan kompas digital yang paling bagus. Walaupun kompas ini paling bagus karena gambarannya bisa ditampilkan dalam layar LCD karakter, namun kompas ini tidak bisa digunakan oleh semua jenis robot. Hal ini dikarenakan setiap robot mempunyai kebutuhan atas sistem navigasi berupa kompas digital yang beda antar robot satu dengan robot lainnya. Ada kemungkinan jenis robot A membutuhkan kompas digital jenis B, dan ada kemungkinan bahwa kompas satu tidak bisa tersubstitusikan oleh kompas lainnya.

Di dunia pelayaran, Kompas sering juga disebut sebagai Pedoman.
Pembagian Pedoman berdasarkan penempatannya di kapal dibedakan atas :
1.    Pedoman Dasar
2.    Pedoman Kemudi
3.    Pedoman Pembantu (pedoman sekoci dan pedoman lainnya)

Bisa juga berdasarkan konstruksinya atau pembuatannya
1.    Pedoman piringan ringan ( Pedoman Kering )
2.    Pedoman Zat Cair( Pedoman Basah )

Kompas/Pedoman Kering
Terdiri dari :
a.    Ketel
b.    Tutu p Kaca
c.    Kaca baur
d.    Pena (semat)
e.    Ujung semat dilengkapi logam iridium
f.     Sungkup dari Aluminium
g.    Batu nilam dalam sungkup
h.    Pinggiran dari Aluminium 
i.     Benang Sutera
j.     Batang Magnit.
k.    Kertas tempat melukis surat¬surat/derajat-derajat
l.     Tempat titik putar pesawat baring
m.   Tanduk penggantung    

Piringan Pedoman Kering
Piringan pedoman terdiri dari atas beberapa jarum magnit yangdigantungkan di bawah piringan, pinggirannya dari aluminium atau bahan yang ringan. Di tengah-tengahnya piringan ditempatkan sebuah sungkup. Pada pinggir piringan dan sungkup dibuat lubang kecil-kecil untuk memasang benang-benang sutera. Diatas benang-benang yang meng-hubungkan pinggir dan sungkup dipasang kain sutera atau kertas yang tepat terbangun lingkaran, atas mana terdapat pembagian – pembagian dalam derajat dan surat (lihat gambar )

Ketel Pedoman
Bentuk bulat dan dibuat dari kuningan, diatasnya ditutup dengan kaca, pada sisi dalam dicat putih dan pada ujungnya dilukis garis hitam yang tegak yang disebut Garis Layar yang letaknya harus didalam muka yang sama dengan ujungnya semat pedoman, serta letaknya sejajar dengan lunas dan linggi kapal.
Agar ketel bergantungan lebih stabil dan dapat menahan getaran-getaran yang mempengaruhinya pada type pedoman Thomson, di bawahnya dasar kaca sebuah kaca baur yang cekung diisi dengan sejenis minyak tumbuh-tumbuhan. Ada pedoman dimana dasar ketel hanya diberi beban dengan sekeping timbel.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi :
  1. Ketel tidak boleh mengandung magnetis. Hal ini dapat diselidiki dengan jalan mengambil ketel keluar dari rumah pedoman, selanjutnya di samping ketel ditempatkan sebuah pedoman kecil. Sesudah itu ketel diputar, bilamana dalam pekerjaan ini jarum pedoman kecil tidak bergerak, ini berarti ketel tidak mengandung magnetis.
  2. Jika ketel diam tutup kaca, harus dalam keadaan mendatar. Ini dapat diselidiki dengan menggantungkan sebuat unting-unting. Lalu dilihat dari dua arah yang satu sama lain memotong siku, maka bayangan diatas tutup kaca harus terletak dalam satu garis dengan benangnya unting-unting tadi
  3. Ketel harus mudah mengayun dan tidak menyentuh dimana-mana
  4. Semat harus berdiri tepat ditengah-tengah ketel, jika tidak maka jarak antara piringan sampai pada ketel si pelbagai tempat tidak sama
  5. Ujung semat harus terletak di titik potong penggantungan    ketel pedoman pada cincin lenja dan cincin lenjapada rumah pedoman. Apabila tidak demikian halnya, maka ujung semat pedoman ketika peranatan cincin-cincin lenja berputar tidak tepat pada tempatnya. Keadaan in i akan mengakibatkan piringan tidak tenang. Untuk mengetahui hal ini tempatkan ketel sedemikian sehingga ujung semat hampir menyentuh sebuah unting-unting yang digantungkan diatas ketel. Jika sekarangperanatan lenja diputar, maka jarak antara ujung semat dan batu unting-unting tidak boleh berubah
  6. Titik putar pesawat baring harus terletak tegak lurus diatas ujung semat pedoman. Jika tidak demikian maka akan timbul sebuah salah baringan.
  7. Garis Layar harus dalam keadaan yang benar.
  8. Alat penggantungan (Cincin lenja) tempat dimana ketel didudukan dengan benar.

Kompas/Pedoman Zat Cair
Pedoman ini dibuat lebih kuat dan ketelnya diisi campuran alkohol ( 16 % s/d 25 % ) dan air sulingan ( 84.5 s/d 75 % ) yang berguna untuk meredam gerakan dan getaran yang dapat menpengaruhi pedoman. Dengan diisi alkohol maka pedoman dapat dipakai pada suhu rendah, tetapi perlu dicampur dengan air, sebab alkohol yang murni memakan cat ketel dan piringan. Oleh sebab itu cat ketel dan piringan menggunakan cat khusus.
Untuk mempertinggi tahan getaran dan goncangan serta stabilitas dari pada piringan pedoman ini, dipasang dua atau empat jarum magnet yang agak panjang dan tebal yang dimaksukan dalam bumbung yang dibuat dari kuningan dan ditempatkan di bawah piringan pedoman. Dengan demikian berat seluruh piringan 300 gram, dan untuk mencegah rusaknya ujung semat, dipasang pengapung sehingga berat di atas semat tidak lebih dari pada berat piringan pedoman kering ( 15 s/d 20 gran ) 

Sumbat (sungkup isi):
Untuk menambah air sulingan ke dalam ketel jika air ketel berkurang yang dapat diketahui dengan adanya gelembung udara di atas zat cair. Cara mengisinya ialah ketel ditahan miring, sumbat diputar keluar dan air dituangkan melalui sumbat, lalu ditutup kembali. Kadang-kadang zat cair tidak berkurang tetapi terjadi gelembung udara. Ini adalah vacum akibat zat yang sifat memuainya berlainan antara isi ketel dan ketelnya.Hal ini akan mengakibatkan terjadinya pengembunan pada kaca yang menyulitkan pembacaan. Untuk mengatasi hal ini biasanya ada pengisian secara otomatis pada kotak cadangannya.

Pengapung:
Dengan adanya jarum-jarum yang berat dan tebal, maka akan mengakibatkan rusaknya tuntung dari semat. Untuk menghindari hal ini dipasanglah pengapung.

Tromol:
Kalau suhu naik, cairan dalam ketel mengembang sehingga jika tidak ada tromol yang bergaya pegas, mungkin ketel atau tutup kaca akan rusak. Kalau suhu turun, cairan akan susut sehingga ketel tidak penuh lagi. Dengan adanya tromol yang bergaya pegas itu, maka piringan pedoman akan ikut pula turun naik dan akibatnya penunjukan arah yang salah. Untuk inilah jembatan kuningan dipasang dimana semat dipasang diatasnya.

Pemberat:
Dibuat dari timbel dan gunanya agar pedoman bergantung lebih stabil.

Echosounder

KARTA JAYA | 10/10/2012 | 0 komentar |

Pemetaan kontur tanah dalam perencanaan pembangunan sangat diperlukan. Pemetaan kontur tanah disebut juga dengan topografi. Sedangkan pemetaan kontur dasar laut disebut dengan bathymetry. Dalam pemetaan dasar laut atau Bathymetry instrumen yang biasa kita gunakan antara lain echosounder atau fishfinder. Kedua instrumen tersebut prinsip kerjanya menggunakan akustika bawah air.
Echosounder adalah alat untuk mengukur kedalaman air dengan mengirimkan tekanan gelombang dari permukaan ke dasar air dan dicatat waktunya sampai echo kembali dari dasar air. Adapun kegunaan dasar dari echosounder yaitu menentukan kedalaman suatu perairan dengan mengirimkan tekanan gelombang dari permukaan ke dasar air dan dicatat waktunya sampai echo kembali dari dasar air. Data tampilan juga dapat dikombinasikan dengan koordinat global berdasarkan sinyal dari satelit GPS yang ada dengan memasang antena GPS (jika fitur GPS pada echosounder ada).
Prinsip kerjanya yaitu: pada transmiter terdapat tranduser yang berfungsi untuk merubah energi listrik menjadi suara. Kemudian suara yang dihasilkan dipancarkan dengan frekuensi tertentu. Suara ini dipancarkan melalui medium air yang mempunyai kecepatan rambat sebesar, v=1500 m/s. Ketika suara ini mengenai objek, misalnya ikan maka suara ini akan dipantulkan. Sesuai dengan sifat gelombang yaitu gelombang ketika mengenai suatu penghalang dapat dipantulkan, diserap dan dibiaskan, maka hal yang sama pun terjadi pada gelombang ini.
Prinsip Echosounder
Ketika gelombang mengenai objek maka sebagian enarginya ada yang dipantulkan, dibiaskan ataupun diserap. Untuk gelombang yang dipantulkan energinya akan diterima oleh receiver. Besarnya energi yang diterima akan diolah dangan suatu program, kemudian akan diperoleh keluaran (output) dari program tersebut. Hasil yang diterima berasal dari pengolahan data yang diperoleh dari penentuan selang waktu antara pulsa yang dipancarkan dan pulsa yang diterima. Dari hasil ini dapat diketahui jarak dari suatu objek yang deteksi.
Cara Pemakaian :
  1. Memasang alat dan cek keadaan alat sebelum memulai pengambilan data.
  2. Pastikan kabel single beam dan display sudah terpasang.
  3. Pasang antena, jika diperlukan input satelit GPS.
  4. Masukkan single beam kedalam air.
  5. Set Skala kedalaman yang ditampilkan display.
  6. Set frekuensi yang akan digunakan 200 Hz untuk laut dangkal atau 50 Hz untuk laut dalam atau dual    untuk menggunakan keduanya.
  7. Set input data air yaitu salinitas, temperatur dan tekanan air.
  8. Pengambilan data.
  9. Pemrosesan data.
Pengolahan data:
Perhitungan kedalaman diperoleh dari setengah waktu pemantulan signal dari echosounder memantul ke dasar laut kemudian kembali ke echosounder. Nilai waktu yang diperoleh di konversikan dengan kecepatan gelombang suara di dalam air.

Untuk data kedalaman yang lebih tepat, dimasukkan pula data-data temperatur air, salinitas air dan tekanan air. Hal ini diperlukan untuk memperoleh konversi yang tepat pada cepat rambat suara di dalam air.

Berikut adalah perhitungannya :
c = 1448.6 + 4.618T2 − 0.0523 + 1.25 * (S − 35) + 0.017D

dimana :
c = kecepatan suara (m/s)
T = temperatur (degrees Celsius)
S = salinitas (pro mille)
D = kedalaman

Alat-Alat Pengamatan Tingkah Laku Ikan

KARTA JAYA | 3/17/2012 | 0 komentar |
Dalam dunia perikanan sangat penting untuk mengetahui tingkah laku ikan terhadap respon yang diberikan kepada ikan. Respon ikan inilah yang menjadi pokok permasalahan para ilmuan sehingga menciptakan alat-alat yang berfungsi untuk mengamati tingkah laku ikan terhadap aksi yang kita berikan kepada ikan. Usaha untuk mempelajari tingkah laku ikan ikan ini sangat erat hubungannya dengan mempelajari pengembangan alat penangkapan ikan. Untuk mengetahui alat-alat apa saja yang digunakan untuk mengetahui atau mengamati tingkah laku ikan dapat sobat lihat di bawah ini.

1. Batistat
Peralatan ini digunakan untuk melihat tingkah laku ikan hingga laut dalam.Umumnya berbentuk silinder atau bola berongga dan terbuat dari bahan logam yang kuat. Alat ini dimasukkan ke dalam air; pasif ataupun ditarik oleh kapal. Dilengkapi dengan system penerangan dan penutup yang kedap air, system komunikasi untuk tetap menjaga agar tetap ada hubungan antara peneliti yang ada di dalam batistat dengan mereka yang ada di kapal.

2. Batiskap
Peralatan (free diving) dapat bergerak sendiri yang dihubungkan dengan kapal melalui tali baja yang kuat, mempunyai perlengkapan electromotor
yang memungkinkan bekerjanya propeller, sehingga mampu bergerak sendiri dengan kecepatan beberapa knot.Batiskap dapat bergerak ke permukaan maupun jauh ke dalam laut sejauh panjangnya tali baja penghubung dengan kapal. Dengan alat ini PICCARD melakukan penelitian untuk melihat tingkah laku ikan hingga pada kedalaman 11.000 meter di bawah laut.

3. Kapal Selam
Pengamatan langsung yang sangat modern dewasa ini adalah dengan menggunakan kapal selam.Salah satu kapal selam yang telah digunakan untuk mengungkapkan tingkap laku ikan herring di samudera Atlantik Utara adalah kapal selam “Severyanha” yang dimodifikasi untuk penelitian ilmiah.


4. Televisi, Film dan Pemotretan Bawah Air
Dengan peralatan ini, peneliti dapat melakukan pengamatan yang lebih teliti denganmelihat berulang kali hali rekamannya baik untuk pengamatan komposisi kelompok ikan,aktifitas, serta tingkah laku lainnya yang diperlukan dalam mendetrminasi, ukuran,komposisi, tingkat kepadatan dan sebagainya yang diamati saat ditayangkan
5. Fish Finder
Kebiasaan atau tingkah laku ikan dalam pengelompokan dapat diketahui. laku ini dalam hubungannya dengan faktor lingkungan atau stimulus yangdiberikan dan menjadi dasar dalam pengoperasian peralatan tangkap (Misalnya dari hasil deteksi di ketahui adanya kelompok ikan pada kedalaman tertentu, maka keputusan pengoperasian jenis alat tangkap dan kedalamannya dapat diambil untuk mengoptimalkan hasil tangkapan).

6. Water Tonic (Aquarium)
Aquarium merupakanperalatan yang digunakan dalam pengamatan tingkahlaku ikan tempat ikan diamati.Alat ini bisanya terbuat dari bahan kaca yang disisi air.

7. Mini Flume Tank
Alat ini merupakan flume tank dalam betuk kecil yang fungsinya untuk pengamatan performance ikan, mengetahui cara renang ikan, gaya renang ikan, cara makan ikan dan lain sebaginya. Alat ini terbuat dari kaca yang dimodifikasi dengan alat-alat tertentu seperti penambahan cahaya lampu dan pegatur arus.

8. ROV (Remote Operated Underwater Vehicle)
Alat ini digunakan dalam mengamati tingkah laku ikan pada dasar laut dangkal, karena dilengkapi dengan video kamera bawah air, mengamati penempatan pipa bawah air yang diletakkan di rancang untuk memantau kondisi bawah air, khususnya dalam penempatan objek bawah air, misalnya rumah ikan (fish shelter) atau rumpon bawah air.


9. Underwater TV Kamera
Alat ini dirancang khusus untuk memotret apa yang terjadi dalam perairan ketika pengamatan. Terdiri dari kabel kedap air, rumah kedap air, lampu infra red.

10. Mesin Embedding (Histocembedder)
Mesin ini digunakan dalam proses embedding. Mesin ini terdiri atas bagian-bagian antara lain cashbath, paraffin tank, cold plate, hot plate, dan vacuum oven. Alat ini dioprasikan dengan cara mengatur istrumen yang ada sesuai dengan fungsi dari masing-masing bagian. Prinsip kerjanya secara elektrik.

Sumber: Kuliah MOBA, Mayor PSP IPB

Tingkah Laku Ikan terhadap Rumpon

KARTA JAYA | 3/16/2012 | 0 komentar |
Rumpon (fish agregation device) dalam bahasa kelautan adalah karang buatan yang dibuat oleh manusia dengan tujuan sebagai tempat tinggal ikan. Rumpon merupakan rumah buatan bagi ikan di dasar laut yang dibuat secara sengaja dengan menaruh berbagai jenis barang di dasar laut secara kontinyu (Soemarto 1962). Biasanya, bila di suatu perairan terdapat rumpon, maka plankton akan berkumpul. Seperti diketahui plankton sebagai bahan makanan bagi ikan besar. Beberapa jenis ikan tuna dan cakalang menjadikan rumpon sebagai tempat bermain. Hal ini memudahkan bagi nelayan untuk menangkap ikan.
Definisi rumpon menurut SK Mentan  No. 51/Kpts/IK.250/1/97  adalah  alat  bantu penangkapan ikan yang dipasang dan ditempatkan pada perairan laut. Selanjutnya dalam SK Mentan No. 51/Kpts/IK.250/1/97 tentang Pemasangan  dan  Pemanfaatan  rumpon menjelaskan bahwa terdapat 3 jenis rumpon, yaitu:
  1. Rumpon perairan dasar; adalah alat bantu penangkapan ikan yang dipasang dan ditempatkan pada dasar perairan laut. 
  2. Rumpon perairan dangkal; adalah alat bantu penangkapan ikan yang dipasang dan ditempatkan padaperairan laut dengan kedalaman sampai dengan 200 meter. 
  3. Rumpon perairan dalam; adalah alat bantu  penangkapan  ikan yang  dipasang dan  ditempatkan   pada perairan  laut   dengan  kedalaman  di atas 200 meter.
Konstruksi dan teknis pemasangan rumpon
Secara garis besar rumpon menurut Preston (1982) dalam Anonim2 adalah tersusun dari tiga bagian utama yang terdiri dan attraktor, mooring line dan pemberat. Konstruksi rumpon, terdiri dan komponen-komponen yang sama bila dilihat berdasarkan fungsinya seperti pelampung, alat pengumpul ikan, tali-temali dan pemberat. tetapi untuk rumpon-rumpon yang dipergunakan oleh nelayan diberbagai lokasi di Indonesia mempunyai perbedaan bila dilihat dan material masing-masing komponen konstruksi rumpon tersebut.
Tim Pengkajian Rumpon IPB (1987) mengemukakan bahwa persyaratan umu komponen komponen dan konstruksi rumpon adalah sebagai berikut:
1)   Pelampung,
§  Mempunyai kemampuan mengapung yang cukup baik (bagian yang mengapung di atas air 1/3 bagian).
§ Konstruksi cukup kuat tahan terhadap gelombang dan air.
§ Mudah dikenali dari jarak jauh.
§ Bahan pembuatnya mudah didapat;
2)   Atraktor atau pemikat,
§  Mempunyai daya pikat yang baik terhadap ikan.
§  Tahan lama.
§  Mempunyai bentuk seperti posisi potongan vertikal dengan arah ke bawah.
§  Melindungi ikan-ikan kecil.
§  Terbuat dan bahan yang kuat, tahan lama dan murah;
3)   Tali-temali,
§  Terbuat dan bahan yang kuat dan tidak mudah busuk.
§  Harganya relatif murah  mempunyai daya apung yang cukup untuk mencegah  gesekan terhadap benda-benda lainnya dan terhadap arus
§  Tidak bersimpul (less knot);
4)   Pemberat,
§  Bahannya murah, kuat dan mudah diperoleh.
§  Massa jenisnya besar, permukaannva tidak licin dan dapat mencengkeram.
Daya tahan rumpon yang dipasang di laut sangat bervariasi tergantung jenis material dari masing-masing komponen serta kondisi dan kedalaman perairan dimana rumpon tersebut dipasang. Tim Pengkajian Rumpon IPB (1987) mengemukakan bahwa berdasarkan hasil evaluasi rumpon yang dipasang PT. Usaha Mina di Perairan Utara Irian Jaya dan  di perairan Maluku utara dapat disimpulkan bahwa rumpon yang dipasang pada kedaan 600-1000 m dapat bertahan antara 10-17 bulan
Menurut Atapattu (1991). penggunaan rumpon sebagai alat bantu penangkapan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan laju tangkap dengan pengurangan biaya produksi, mengurangi waktu untuk mencari gerombolan ikan sehingga mengurangi biaya operasi kapal, meningkatkan efisiensi penangkapan serta memudahkan operasi penangkapan ikan yang berkumpul di sekitar rumpon.
Rumpon sebagai alat bantu penangkapan dipasang di tengah laut. Oleh sebab itu agar rumpon dapat berfungsi dengan dengan baik sesuai dengan tujuannya. maka dalam pemasangannya diperlukan adanya informasi tentang kedalaman, kecerahan air. arus. suhu, salinitas dan keadaan topografi dan dasar perairan dimana rumpon akan dipasang. Informasi dasar tersebut sangat diperlukan untuk diketahui agar dalam pemasangan rumpon benar-benar tepat pada perairan yang diharapkan dan menghindari rumpon putus. Pemasangan rumpon harus pula memperhatikan aspek biologis dan ikan yang menjadi sasaran penangkapan. Hal ini bertujuan agar rumpon yang dipasang benar-benar pada perairan yang subur dan banyak ikannya.

Tingkah laku ikan di sekitar rumpon
Menurut Asikin (1985) mengemukakan bahwa keberadaan ikan di sekitar rumpon disebabakan oleh bebrapa hal, antara lain:
  1. Rumpon sebagai tempat bersembunyi di bawah bayang-bayang daun rumpon bagi beberapa jenis ikan tertentu;
  2.  Rumpon sebagai tempat berpijah bagi beberapa jenis ikan tertentu; 
  3. Rumpon itu sebagai tempat berlindung bagi beberapa jenis ikan yang mempunyai sifat fototaksis negatif.
Samples dan Sproul (1985) mengemukakan teori tertariknya ikan yang berada di sekitar rumpon disebabkan karena:
  1. Rumpon sebagai tempat berteduh (shading place) bagi beberapa jenis ikan tertentu; 
  2. Rumpon sebagai tempat mencari makan (feeding ground) bagi ikan-ikan tertentu;
  3. Rumpon sebagai substrat untuk meletakkan telurnya bagi ikan-ikan tertentu; 
  4. Rumpon sebagai tempat berlindung (shelter) dan predator bagi ikan-ikan tertentu;
  5.  Rumpon sebagai tempat sebagai  titik acuan navigasi  (meeting point)  bagi     ikan-ikan tertentu yang beruaya. 
Selain kelima teori di atas Gooding dan Magnuson (1967) dalam Anonim2 megemukakan bahwa rumpon merupakan tempat stasiun pembersih (cleaning place) bagi ikan ikan tertentu. Dikemukakan bahwa dolphin dewasa umumnya akan mendekati bagian bawah floating objects dan menggesekkan badannya.  Breder (1949) dalam Anonim2  juga mendukung hal ini dimana kadang-kadang dolphin mendekati ikan lain untuk membersihkan badannya.  Tingkah laku ini sesuai dengan tingkah laku dan famili coryphaenids yang memindahkan parasit atau menghilangkan iritasi kulit dengan cara menggesekkannya.  Freon dan Dagom (2000) dalam Anonim2  menambahkan teori tentang rumpon sebagai tempat berasosiasi (association place) bagi jenis ikan-ikan tertentu.
Rumpon yang dipasang. pada suatu perairan akan dimanfaatkan oleh kelompok ikan tertentu sebagai tempat berlindung dan serangan predator. Kelompok jenis ini akan berenang-renang dengan mengusahakan agar posisi tubuh selalu membelakangi bangunan rumpon. Selain sebagai tempat berlindung, rumpon diibaratkan sebagai pohon yang tumbuh di padang pasir yang merupakan wadah pemikat kelompok ikan (Subani 1972).
Ikan berkumpul di sekitar rumpon untuk mencari makan. Menurut Soemarto (1962) dalam area rumpon terdapat plankton yang merupakan makanan ikan yang lebih banyak dibandingkan di luar rumpon.  Diterangkan juga oleh Soemarto (1962) bahwa perairan yang banyak planktonnya akan menarik ikan untuk mendekat dan memakannya.
Menurut Subani (1972) mengemukakan bahwa ikan-ikan yang berkumpul disekitar rumpon menggunakan rumpon sebagai tempat berlindung juga untuk mencari makan dalam arti luas tetapi tidak memakan daun-daun rumpon tersebut.

Global Positioning System (GPS)

KARTA JAYA | 1/16/2012 | 0 komentar |
Global Positioning System (GPS) adalah sistem radio navigasi dan penentuan posisi dengan menggunakan satelit yang dimiliki dan dikelola oleh Departemen Pertahanan Keamanan Amerika Serikat. Sistem ini didesain untuk memberikan posisi dan kecepatan tiga dimensi dan informasi mengenai waktu secara kontinu. GPS terdiri dari tiga segmen utama, segmen angkasa (space segmen) yang terdiri dari satelit-satelit GPS, segmen sistem kontrol (control segment) yang terdiri dari stasion-stasion pemonitor dan pengontrol satelit, dan segmen pemakai (user segment) yang terdiri dari pemakai GPS termasuk alat-alat penerima dan pengolah sinyal data GPS.
Konsep dasar pada penentuan posisi dengan GPS adalah reseksi (pengikatan kebelakang) dengan jarak, yaitu dengan pengukuran jarak secara simultan ke beberapa satelit GPS yang koordinatnya telah diketahui. Pada pelaksanaan pengukuran penentuan posisi dengan GPS, pada dasarnya ada dua jenis/tipe alat penerima sinyal satelit (receiver) GPS yang dapat digunakan, yaitu :
  • Tipe Navigasi digunakan untuk penentuan posisi yang tidak menuntut ketelitian tinggi.
  • Tipe Geodetik digunakan untuk penentuan posisi yang menuntut ketelitian tinggi.
Kelebihan penentuan posisi dengan menggunakan GPS antara lain :
  1. GPS dapat digunakan setiap saat tanpa bergantung waktu dan cuaca. 
  2. GPS dapat digunakan oleh banyak orang pada waktu yang sama dan pemakaiannya tidak bergantung pada batas politik dan alam. 
  3. Penggunaan GPS dalam penentuan posisi secara relatif tidak bergantung dengan kondisi topografis daerah survey. 
  4. Posisi yang ditentukan dengan GPS mengacu ke datum global yang dinamakan World Geodetic System 1984 (WGS’84). Dengan kata lain posisi yang diberikan oleh GPS akan selalu mengacu ke datum yang sama. 
  5. Pemakaian sistem GPS tidak dikenakan biaya, setidaknya sampai saat ini. 
Sistem GPS terdiri dari 24 satelit. Konstelasi 24 satelit GPS tersebut menempati 6 orbit yang mengelilingi bumi dengan sebaran yang telah diatur sedemikian rupa sehingga mempunyai probalitas kenampakan setidaknya 4 satelit yang bergeometri baik dari setiap tempat di permukaan bumi di setiap saat. Satelit GPS mempunyai ketinggian rata-rata di atas permukaan bumi sekitar 20.200 km. Satelit GPS memiliki berat lebih dari 800 kg, bergerak dengan kecepatan sekitar 4 km/detik dan mempunyai periode 11 jam 58 menit. Pengumpulan dan perekaman data penginderaan jauh dapat dilakukan dengan tiga variasi, yaitu distribusi daya, distribusi gelombang bunyi dan ditribusi energi elektromagnetik, namun yang sering digunakan dan paling dikenal adalah penginderaan jauh denngan energi elektromagnetik. Tujuan utama dari penginderaan jauh adalah mengumpulkan data mengenai sumber daya alam dan lingkungan. Informasi tentang objek disampaikan ke pengamat melalui energi elektromagnetik yang berfungsi sebagai pembawa informasi dan penghubung komunikasi. Data yang dihasilkan dari teknik pengindaraan jauh berupa beberapa bentuk citra yang selanjutnya diproses dan diinterpretasikan sehingga diperoleh informasi yang dapat digunakan untuk aplikasi di bidang pertanian, kehutanan, geografi, geologi, perencanaan, arkeologi dan bidang-bidang lain.

Sumber:
Pendidikan dan pelatihan teknis pengukuran dan pemetaan data. Oleh: Danar Guruh Pratomo, ST – Prodi Teknik Geodesi – FTSP – ITS Surabaya agustus 2004

Light Fishing

KARTA JAYA | 1/12/2012 | 0 komentar |
Berawal dari manusia mengetahui cara membuat api, setelah itu manusia juga mengetahui bahwa ada juga ikan yang tertarik akan cahaya. Namun, tidak diketahui juga sejak kapan manusia melakukan penangkapan ikan dengan menggunakan alat bantu cahaya. Seiring dengan berkembangnya teknologi, penggunaan alat bantu cahaya inipun ikut berkembang dalam penangkapan ikan. Dimulai dengan pencahayaan yang sederhana (traditional) hingga menggunakan lampu sebagai sumber cahaya. 
Penangkapan ikan dengan alat bantu cahaya inilah yang disebut dengan light fishing. Sehingga, dapat disimpulan bahwa caha hanyalah merupakan alat bantu dalam suatu operasi penangkapan, yang tentunya berfungsi untuk mengumpulkan ikan dalam suatu area penangkapan (fishing ground) dan kemudian ditangkap dengan menggunakan berbagai jenis alat tangkap. 
Mengapa ikan tertarik akan cahaya?. Pertanyaan inilah yang membuat para ilmuan ingin mengetahui sebenarnya apa yang membuat ikan itu suka dengan cahaya. Pada dasarnya ikan tertarik pada cahaya melalui penglihatan (mata) dan rangsangan melalui otak (pineal region pada otak). Peristiwa tertariknya ikan terhadap cahaya disebut phototaxis (Sudirman and Mallawa 2004). Sehingga dengan demikian ikan yang tertarik dengan cahaya adalah ikan yang mempunyai sifat phototaxis, yang umumnya adalah ikan pelagis dan sebagian ikan demersal. Sedangkan ikan yang tidak tertarik dengan cahaya atau menjauhi cahaya biasa disebut fotophobi, dan adapula yang menyebutnya dengan fototaxis negative. Menurut penelitian tingkah laku ikan, telah diketahui bahwa rangsangan cahaya antara 0,01-0,001 lux, ikan sudah memberikan reaksi, namun ambang cahaya tertinggi untuk mata ikan belum banyak diteliti. Ikan mempunya suatu kemampuan yang mengagumkan untuk dapat melihat pada siang hari dengan kekuatan penerangan ratusan ribu lux dan dalam keadaan gelap sama sekali. Kalau cahaya biru-hijau yuang mampu diterima oleh mata manusia hanya 30% saja, maka mata iikan mampu menerimanya sebesar 75%, sedangkan retina mata dari beberapa jenis ikan dapat menerima sebesar 90%. Jadi bisa disimpulkan bahwa batas ambang cahaya yang mampu diterima ikan lebih tinggi caripada manusia. Cahaya yang masuk ke mata ikan akan diteruskan ke otak pada bagian cone dan rod, yang sangat peka terhadap cahaya. 

Prinsip Light Fishing dan Peristiwa Tertariknya Ikan pada Cahaya

Penangkapan ikan dengan menggunakan cahaya sebagai alat bantu untuk mengumpulkan ikan di suatu fishing ground pada umunya hanya memanfaatkan behavior ikan yang tertarik akan cahaya. Menurut Ayodhyoa (1976;1981), bahwa peristiwa tertariknya ikan di bawah cahaya dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu:  
  1. Peristiwa langsung, dimana ikan tertarik oleh cahaya lalu berkumpul. Ini tentunya berhubungan langsung dengan peristiwa fototaxis seperti jenis ikan sardinella, kembung, dan layang. 
  2. Peristiwa tidak langsung, dimana karena adanya cahaya maka plankton, ikan-ikan kecil dan sebagainya berkumpul, dengan tujuan “feeding”. Beberapa jenis ikan yang termasuk dalam kategori ini adalah seperti ikan tenggiri, cendro, dan lain-lain. 
Dari kedua prinsip di atas, dapat kita ketahui bahwa peristiwa ketertarikan ikan terhadap cahanya itu ada dua macam. Selain untuk mengetahui prinsip-prinsip light fishing, perlu adanya persyaratan-persyratan dalam light fishing demi untuk mengefektifkan proses penangkapan ikan dengan menggunakan alat bantu cahaya. Adapun persyaratan-persyaratan yang perlu diperhatikan adalah lingkungan. Pada perikanan ligh fishing tidak semua kondisi lingkungan dapat dilakukan penangkapan, tetapi harus pada malam hari. Hal ini berhubungan dengan fase bulan, yaitu bulan terang dan bulan gelap. Light fishing hanya efektif pada malam bulan gelap. Kondisi lingkungan lain yang dapat menpengaruhi adalah keadaan perairan, dimana air tidak boleh dalam keadaan keruh, sebaiknya jernih atau tidak terlalu keruh. Karena dapat mempengaruhi daya tembusa cahaya yang semakin pendek. 
Selain memperhatikan kondisi lingkungan, proses penangkapan ikan pun perlu untuk diperhatikan. Persyaratan penangkapan ini sangat perlu untuk diperhatikan, karena sangat berpengaruh terhadapa banyaknya hasil tangkapan.Untuk mengefektifkan sebuah penangkapan, maka seharusnya cahaya mampu menarik ikan pada jarak yang jauh baik secara vertikal, maupun secara horizontal. Setelah berkumpul, hendaknya ikan-ikan itu tetap berada di area cahaya pada jangka waktu yang dibutuhkan untuk melakukan penangkapan. Berbagai jenis alat tangkap mulai dari yang tradisional sampai pada alat tangkap yang modern telah menggunakan cahaya sebagai alat bantu. Jenis-jenis alat tangkap berupa bagan tancap di Perairan Sulawesi Selatan menggunakan lampu strongkin (pressure lamp) sebagai sumber cahaya. Begitu juga purse seine yang beroperasi pada malam hari yang tersebar luas di Perairan Indonesia merupakan alat tangkap yang memanfaatkan cahaya sebagai alat bantu. (Terima Kasih).

Baca juga alat bantu penangkapan RUMPON.

Rumpon (Fish Aggregating Device)

KARTA JAYA | 9/15/2011 | 1komentar |

Lautan Biru.com (September 2011) Rumpon atau Fish Aggregating Device (FAD) adalah salah satu jenis alat bantu penangkapan ikan yang dipasang dilaut, baik laut dangkal maupun laut dalam. Pemasangan tersebut dimaksudkan untuk menarik gerombolan ikan agar berkumpul disekitar rumpon, sehingga ikan mudah untuk ditangkap.
Rumpon dalam bahasa kelautan adalah karang buatan yang dibuat oleh manusia dengan tujuan sebagai tempat berkumpul ikan. Rumpon merupakan rumah buatan bagi ikan di dasar laut yang dibuat secara sengaja dengan menaruh berbagai jenis barang
 
Didukung oleh : Karta Jaya Web | TIPS untuk Blogger | TIPS dan TRIK BLOG
Copyright © 2010. LautanBiru.com
Note : Semua artikel yang ada dalam blog ini, semata-mata hanya untuk
dibagikan buat sobat blogger yang membutuhkan
Template blog telah dimodifikasi dengan perubahan tampilan yang ada.
TERIMA KASIH atas kunjungan Anda.
Jika ada saran/kritik, silahkan kirim e-mail ke:
Kartajaya25@gmail.com atau karta.tambunan@ymail.com