Rumpon (fish agregation
device) dalam bahasa kelautan adalah karang buatan yang dibuat oleh manusia
dengan tujuan sebagai tempat tinggal ikan. Rumpon merupakan rumah buatan bagi
ikan di dasar laut yang dibuat secara sengaja dengan menaruh berbagai jenis
barang di dasar laut secara kontinyu (Soemarto 1962). Biasanya, bila di suatu perairan terdapat rumpon, maka plankton akan
berkumpul. Seperti diketahui plankton sebagai bahan makanan bagi ikan besar.
Beberapa jenis ikan tuna dan cakalang menjadikan rumpon sebagai tempat bermain.
Hal ini memudahkan bagi nelayan untuk menangkap ikan.
Definisi rumpon menurut SK Mentan No.
51/Kpts/IK.250/1/97 adalah alat bantu penangkapan ikan yang dipasang dan ditempatkan pada perairan laut. Selanjutnya dalam SK Mentan No.
51/Kpts/IK.250/1/97 tentang Pemasangan dan Pemanfaatan
rumpon menjelaskan bahwa terdapat 3 jenis rumpon, yaitu:
- Rumpon perairan dasar; adalah alat bantu penangkapan ikan yang dipasang dan ditempatkan pada dasar perairan laut.
- Rumpon perairan dangkal; adalah alat bantu penangkapan ikan yang dipasang dan ditempatkan padaperairan laut dengan kedalaman sampai dengan 200 meter.
- Rumpon perairan dalam; adalah alat bantu penangkapan ikan yang dipasang dan ditempatkan pada perairan laut dengan kedalaman di atas 200 meter.
Konstruksi dan
teknis pemasangan rumpon
Secara garis besar rumpon menurut Preston (1982) dalam Anonim2 adalah tersusun dari tiga bagian utama yang terdiri dan attraktor, mooring line dan pemberat. Konstruksi rumpon, terdiri dan komponen-komponen yang sama bila dilihat berdasarkan fungsinya seperti pelampung, alat pengumpul ikan, tali-temali dan pemberat. tetapi untuk rumpon-rumpon yang dipergunakan oleh nelayan diberbagai lokasi di Indonesia mempunyai perbedaan bila dilihat dan material masing-masing komponen konstruksi rumpon tersebut.
Secara garis besar rumpon menurut Preston (1982) dalam Anonim2 adalah tersusun dari tiga bagian utama yang terdiri dan attraktor, mooring line dan pemberat. Konstruksi rumpon, terdiri dan komponen-komponen yang sama bila dilihat berdasarkan fungsinya seperti pelampung, alat pengumpul ikan, tali-temali dan pemberat. tetapi untuk rumpon-rumpon yang dipergunakan oleh nelayan diberbagai lokasi di Indonesia mempunyai perbedaan bila dilihat dan material masing-masing komponen konstruksi rumpon tersebut.
Tim Pengkajian Rumpon IPB (1987)
mengemukakan bahwa persyaratan umu komponen komponen dan konstruksi rumpon
adalah sebagai berikut:
1) Pelampung,
§ Mempunyai kemampuan mengapung yang cukup
baik (bagian yang mengapung di atas air 1/3 bagian).
§ Konstruksi cukup kuat tahan terhadap
gelombang dan air.
§ Mudah dikenali dari jarak jauh.
§ Bahan pembuatnya mudah didapat;
2) Atraktor atau pemikat,
§ Mempunyai daya pikat yang baik terhadap
ikan.
§ Tahan lama.
§ Mempunyai bentuk seperti posisi potongan
vertikal dengan arah ke bawah.
§ Melindungi ikan-ikan kecil.
§ Terbuat dan bahan yang kuat, tahan lama
dan murah;
3) Tali-temali,
§ Terbuat dan bahan yang kuat dan tidak
mudah busuk.
§ Harganya relatif murah mempunyai
daya apung yang cukup untuk mencegah gesekan terhadap benda-benda lainnya
dan terhadap arus
§ Tidak bersimpul (less knot);
4) Pemberat,
§ Bahannya murah, kuat dan mudah diperoleh.
§ Massa jenisnya besar, permukaannva tidak
licin dan dapat mencengkeram.
Daya tahan rumpon yang dipasang di laut sangat bervariasi tergantung jenis
material dari masing-masing komponen serta kondisi dan kedalaman perairan
dimana rumpon tersebut dipasang. Tim Pengkajian Rumpon IPB (1987) mengemukakan
bahwa berdasarkan hasil evaluasi rumpon yang dipasang PT. Usaha Mina di
Perairan Utara Irian Jaya dan di perairan Maluku utara dapat disimpulkan
bahwa rumpon yang dipasang pada kedaan 600-1000 m dapat bertahan antara 10-17
bulan
Menurut Atapattu (1991). penggunaan
rumpon sebagai alat bantu penangkapan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan
laju tangkap dengan pengurangan biaya produksi, mengurangi waktu untuk mencari
gerombolan ikan sehingga mengurangi biaya operasi kapal, meningkatkan efisiensi
penangkapan serta memudahkan operasi penangkapan ikan yang berkumpul di sekitar
rumpon.
Rumpon sebagai alat bantu penangkapan
dipasang di tengah laut. Oleh sebab itu agar rumpon dapat berfungsi dengan
dengan baik sesuai dengan tujuannya. maka dalam pemasangannya diperlukan adanya
informasi tentang kedalaman, kecerahan air. arus. suhu, salinitas dan keadaan
topografi dan dasar perairan dimana rumpon akan dipasang. Informasi dasar
tersebut sangat diperlukan untuk diketahui agar dalam pemasangan
rumpon benar-benar tepat pada perairan yang diharapkan dan menghindari rumpon
putus. Pemasangan rumpon harus pula memperhatikan aspek biologis dan ikan yang
menjadi sasaran penangkapan. Hal ini bertujuan agar rumpon yang dipasang
benar-benar pada perairan yang subur dan banyak ikannya.
Tingkah laku ikan di sekitar rumpon
Menurut Asikin (1985) mengemukakan bahwa keberadaan
ikan di sekitar rumpon disebabakan oleh bebrapa hal, antara lain:
- Rumpon sebagai tempat bersembunyi di bawah bayang-bayang daun rumpon bagi beberapa jenis ikan tertentu;
- Rumpon sebagai tempat berpijah bagi beberapa jenis ikan tertentu;
- Rumpon itu sebagai tempat berlindung bagi beberapa jenis ikan yang mempunyai sifat fototaksis negatif.
Samples dan Sproul (1985)
mengemukakan teori tertariknya ikan yang berada di sekitar rumpon disebabkan
karena:
- Rumpon sebagai tempat berteduh (shading place) bagi beberapa jenis ikan tertentu;
- Rumpon sebagai tempat mencari makan (feeding ground) bagi ikan-ikan tertentu;
- Rumpon sebagai substrat untuk meletakkan telurnya bagi ikan-ikan tertentu;
- Rumpon sebagai tempat berlindung (shelter) dan predator bagi ikan-ikan tertentu;
- Rumpon sebagai tempat sebagai titik acuan navigasi (meeting point) bagi ikan-ikan tertentu yang beruaya.
Selain kelima teori di atas
Gooding dan Magnuson (1967) dalam Anonim2 megemukakan bahwa rumpon merupakan tempat stasiun pembersih (cleaning
place) bagi ikan ikan tertentu. Dikemukakan bahwa dolphin
dewasa umumnya akan mendekati bagian bawah floating
objects dan menggesekkan badannya. Breder (1949) dalam Anonim2 juga mendukung hal ini dimana
kadang-kadang dolphin mendekati ikan lain untuk membersihkan badannya.
Tingkah laku ini sesuai dengan tingkah laku dan famili coryphaenids yang
memindahkan parasit atau menghilangkan iritasi kulit dengan cara
menggesekkannya. Freon dan Dagom (2000) dalam
Anonim2 menambahkan teori tentang rumpon sebagai tempat berasosiasi (association
place) bagi jenis ikan-ikan tertentu.
Rumpon yang dipasang. pada suatu perairan
akan dimanfaatkan oleh kelompok ikan tertentu sebagai tempat berlindung dan serangan
predator. Kelompok jenis ini akan berenang-renang dengan mengusahakan agar
posisi tubuh selalu membelakangi bangunan rumpon. Selain sebagai tempat
berlindung, rumpon diibaratkan sebagai pohon yang tumbuh di padang
pasir yang merupakan wadah pemikat kelompok ikan (Subani 1972).
Ikan berkumpul di sekitar rumpon untuk mencari makan. Menurut Soemarto
(1962) dalam area rumpon terdapat plankton yang merupakan makanan ikan yang
lebih banyak dibandingkan di luar rumpon. Diterangkan juga oleh Soemarto
(1962) bahwa perairan yang banyak planktonnya akan menarik ikan untuk mendekat
dan memakannya.
Menurut Subani (1972) mengemukakan
bahwa ikan-ikan yang berkumpul disekitar rumpon menggunakan rumpon sebagai
tempat berlindung juga untuk mencari makan dalam arti luas tetapi tidak memakan
daun-daun rumpon tersebut.