Gill Net (Jaring Insang)

KARTA JAYA | 10/10/2012 | 0 komentar |
Pengertian dari jaring insang adalah salah satu dari jenis alat penangkap ikan dari bahan jaring monofilamen atau multifilamen yang dibentuk menjadi empat persegi panjang, pada bagian atasnya dilengkapi dengan beberapa pelampung (floats) dan pada bagian bawahnya dilengkapi dengan beberapa pemberat (singkers) sehingga dengan adanya dua gaya yang berlawanan memungkinkan jaring insang dapat dipasang di daerah penangkapan dalam keadaan tegak menghadang biota perairan. Jumlah mata jaring ke arah horisontal atau ke arah Mesh length (ML) jauh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah mata jaring ke arah vertikal atau ke arah Mesh depth (MD).

Konstruksi jaring insang ada yang terdiri dari satu lembar jaring, dua lembar jaring, dan ada juga yang terdiri dari tiga lembar jaring. Untuk jaring insang yang konstruksinya hanya terdiri dari satu lembar disebut dengan “Jaring insang satu lembar (Gill net)”, yang konstruksinya terdiri dari dua lembar disebut dengan “Jaring insang dua lembar atau jaring insang lapis dua (Double gill net atau Semi trammel net)” dan untuk yang konstruksinya terdiri dari tiga lembar disebut dengan “ jaring insang tiga lembar (Trammel net) ”. Penamaan dari ketiga jenis jaring insang ini dapat berbeda menurut daerah, target tangkapan dan nelayan yang mengoperasikannya.

Metode pengoperasian dari jaring insang biasanya dilakukan secara pasif meskipun ada juga yang dilakukan secara semi aktif atau dioperasikan secara aktif. Untuk yang pasif biasanya dioperasikan pada malam hari baik itu dioperasikan dengan memakai alat bantu cahaya (light fishing) atau tanpa memakai alat bantu cahaya.

Pemasangan jaring insang biasanya dilakukan di daerah penangkapan yang diperkirakan akan dilewati oleh biota perairan yang menjadi terget tangkapan, kemudian dibiarkan beberapa lama supaya biota perairan memasuki atau terpuntal pada mata jaring. Lamanya perendaman jaring insang di daerah penangkapan akan berbeda menurut target tangkapan atau menurut kebiasaan nelayan yang mengoperasikannya. Untuk jaring insang yang dioperasikan secara semi aktif atau aktif, biasanya dioperasikan pada siang hari yaitu dengan cara mengaktifkan jaring insang supaya biota perairan yang menjadi target tangkapan dapat dengan cepat tertangkap, atau dengan kata lain tidak menunggu biota perairan memasuki mata jaring atau terpuntal pada jaring. Lamanya pengoperasian biasanya tidak memakan waktu yang lama atau hanya memakan waktu antara 2-3 jam, bahkan ada yang kurang dari satu jam.

Ikan yang tertangkap pada mata jaring (mesh size) jaring insang satu lembar, adalah ikan yang keliling bagian belakang penutup insangnya (operculum girth) lebih kecil, dan keliling badan maksimal nya (maximum body girth) lebih besar dari keliling mata jaring. Untuk jaring insang dua lembar dan tiga lembar, ikan yang memasuki mata jaring, selain ikan yang operculum girth lebih kecil dan maximum body girth nya lebih besar dari keliling mesh size jaring bagian dalam (inner net), juga ikan yang mempunya keliling operculum girth nya lebih besar dari keliling mata jaring bagian dalam inner net, tetapi keliling Maximum body girth nya lebih kecil dari keliling mata jaring bagian luar (outer net). Cara tertangkapnya ikan pada ke dua jenis jaring ini, selain terjerat pada mata jaring bagian inner net juga tertangkap secara terpuntal pada mata jaring bagian inner net dan outer net.

Berdasarkan jumlah lembar badan jaring, jaring insang dibagi ke dalam 3 (tiga) jenis yaitu:
Jaring insang satu lembar (Gillnet),
Jaring insang dua lembar (Semi trammel net/Double gillnet), dan
Jaring insang tiga lembar (Trammel net).
Trammel Net
Gill Net
Semi Trammel net
Berdasarkan konstruksi dari cara pemasangan tali ris, jaring insang dapat dibagi lagi ke dalam empat jenis yaitu :
  1. Pemasangan tali ris atas dan tali ris bawah disambungkan langsung dengan badan jaring,
  2. Pemasangan tali ris atas disambungkan langsung dengan badan jaring, sedangkan tali ris bawah disambungkan dengan badan jaring melalui tali penggantung (hanging twine),
  3. Pemasangan tali ris atas disambungkan dengan badan jaring melalui tali penggantung (hanging twine), sedangkan tali ris bawah disambungkan langsung dengan badan jaring,
  4. Pemasangan tali ris atas dan tali ris bawah disambungkan dengan badan jaring melalui tali penggantung (hanging twine).
Berdasarkan metode pengoperasiannya, jaring insang diklasifikasikan kedalam lima jenis, yaitu :
  1. Jaring insang menetap (set gillnet / fixed gillnet),
  2. Jaring insang hanyut (drift gillnet),
  3. Jaring insang lingkar (encircling gillnet),
  4. Jaring insang giring (frightening gillnet/drive gillnet), dan
  5. Jaring insang sapu (rowed gillnet).
Konstruksi Jaring Insang Bagian Tali Pelampung:

Sextan

KARTA JAYA | 10/10/2012 | 0 komentar |

Sextan adalah alat navigasi di laut yang digunakan untuk mengukur ketinggian benda-benda langit di atas cakrawala agar dapat menentukan posisi kapal. Sextant pada umumnya berbentuk segitiga dimana salah satu kakinya berupa busur. Di bawah ini merupakan gambar sextant:
Gambar Sextan

Pada dasarnya sextant terdiri dari sebuah teleskop, cermin separuh yang dilapisi perak dan sebuah lengan ayun yang memiliki cermin indeks.Untuk menentukan keakuratan suatu sextant maka dilakukan pengaturan oleh sekrup pada mikrometernya. Nilai yang terdapat pada bagian kaki sextant adalah dari 0 sampai dengan 60 derajat.
Prinsip Kerja Sextant:
  1. Sudut datang sama dengan sudut pantulan, maksudnya cahaya yang datang akan dipantulkan dengan sudut yang sama pada cermin datar.
  2. Sudut antara cahaya datang dengan sudut pantulan terakhir adalah sama dengan dua kali sudut yang ada diantara kedua cermin, hal ini terjadi bila cahaya dipantulkan dua kali pada bidang datar yang sama oleh dua buah cermin. Perhitungan Ketinggian Benda Langit Untuk memperoleh hasil pengukuran tinggi benda langit dalam menghitung posisi pengamat harus dilakukan pengkoreksian supaya untuk memperoleh sudut ketinggian yang sesungguhnya.Terdapat beberapa hasil pengukuran tinggi benda langit diatas visible horizon yaitu :
  • Observer Visible Horizon, merupakan cakrawala yang terlihat dari mata pengamat dilaut dimana seorang pengamat berada pada ketinggian mata 30 kaki diatas permukaan laut yang memiliki jarak 6.5 mil.
  • Sensible Horizon, Dimana ketinggian mata pengamat dan tegak lurus terhadap garis maya vertikal pengamat.
  • Rational Horizon, merupakan bidang paralel dengan sensible horizon dan tegak lurus terhadap garis maya yang ditarik dari pusat bumi menuju posisi pengamat.
  • Dip, sudut yang dibentuk antara visible horizon dengan sensible horizon. Dip mempunyai besaran yang merupakan penyesuaian pada posisi ketinggian mata dari permukaan air laut.
  • Sextant Altitude , adalah ketinggian suatu benda angkasa yang diukur dengan sextant oleh pengamat, besar sudutnya dibentuk antara visible horizon dengan benda angkasa
  • Observed Altitude, Sextant Altitude yang telah dilakukan pengkoreksian terhadap kemungkinan adanya index error
Pada saat melakukan pengukuran ada kemungkinan kesalahan utama yang terjadi dalam pada sextant, tetapi hal itu dapat dikoreksi. Kesalahan yang sering terjadi pada sextant yaitu :
  1. Side Error, merupakan kesalahan yang disebabkan oleh ”horizon glass” tidak benar-benar tegak lurus dengan bidang datar sextant tersebut. Bila posisi ”horizon glass” tegak lurus , maka obyek dan refleksinya akan berada pada satu garis lurus. Untuk mendeteksinya maka posisikan lengan ayun pada titik 0 dan pegang sextant secara miring, selain juga cara lain mendeteksi kesalahan tersebut adalah dengan memutar tuas micrometer secara maju mundurdisekitar angka 0 derajat sambil melihat pada benda angkasa.
  2. Perpendicularity, kesalahan ini terjadi pada bagian ”index glass/mirror” tidak benar-benar tegak lurus dengan bidang datar sextant tersebut. Kesalahan ini dapat dikoreksi dengan memutar ”sekrup pengatur” yang berada di belakang ”index glass” sampai busur tersebut nampak segaris dengan refleksinya sendiri. Untuk mendeteksinya lakukan tes dengan cara memegang sextant secara horizontal sejauh lengan kita dengan busur pada sisi jauh, kemudian geser letak lengan ayunannya sejauh kurang lebih 35 derajat, apabila pada index glass sudut yang dibentuknya kecil maka keselahan tersebut adalah perpendicularity.
  3. Error of parallelism, disebabkan karena posisi index glass dan horizon glass tidak parallel satu dengan lainnya pada saat posisi lengan ayun berada di angka 0 derajat. Cara mendeteksinya yaitu dengan cara meletakan lengan ayunan pada sudut 0 derajat, memegang sextant dengan posisi vertikal dan mengamati cakrawala. Untuk melakukan koreksi pada parallelism gunakan sekrup yang terletak paling dekat dengan bidang kerangfka sextant. Apabila horizon nyata dan refleksinya tidak berada ada dalam satu garis maka untuk melakukan pengaturan selanjutnya adalah dengan cara menggunakan sekrup kemudian lakukan pengaturan yang berada dibalik horizon glass.

Kompas

KARTA JAYA | 10/10/2012 | 0 komentar |

Kompas adalah alat navigasi untuk menentukan arah berupa sebuah panah penunjuk magnetis yang bebas menyelaraskan dirinya dengan medan magnet bumi secara akurat. Kompas memberikan rujukan arah tertentu, sehingga sangat membantu dalam bidang navigasi. Arah mata angin yang ditunjuknya adalah utara, selatan, timur, dan barat. Apabila digunakan bersama-sama dengan jam dan sekstan, maka kompas akan lebih akurat dalam menunjukkan arah. Alat ini membantu perkembangan perdagangan maritim dengan membuat perjalanan jauh lebih aman dan efisien dibandingkan saat manusia masih berpedoman pada kedudukan bintang untuk menentukan arah.
Penemuan bahwa jarum magnetik selalu mengarah ke utara dan selatan terjadi di Cina dan diuraikan dalam buku Loven Heng. Di abad kesembilan, orang Cina telah mengembangkan kompas berupa jarum yang mengambang dan jarum yang berputar.Pelaut Persia memperoleh kompas dari orang Cina dan kemudian memperdagangkannya. Tetapi baru pada tahun 1877 orang Inggris, William Thomson, 1st Baron Kelvin (Lord Kelvin) membuat kompas yang dapat diterima oleh semua negara. Dengan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang timbul dari deviasi magnetik karena meningkatnya penggunaan besi dalam arsitektur kapal.
Alat apa pun yang memiliki batang atau jarum magnetis yang bebas bergerak menunjuk arah utara magnetis dari magnetosfer sebuah planet sudah bisa dianggap sebagai kompas.
Kompas jam adalah kompas yang dilengkapi dengan jam matahari. 
Kompas variasi adalah alat khusus berstruktur rapuh yang digunakan dengan cara mengamati variasi pergerakan jarum. 
Girokompas digunakan untuk menentukan utara sejati.
Lokasi magnet di Kutub Utara selalu bergeser dari masa ke masa. Penelitian terakhir yang dilakukan oleh The Geological Survey of Canada melaporkan bahwa posisi magnet ini bergerak kira-kira 40 km per tahun ke arah barat laut.

Berikut ini adalah arah mata angin yang dapat ditentukan kompas.
Utara (disingkat U atau N)
Barat (disingkat B atau W)
Timur (disingkat T atau E)
Selatan (disingkat S)
Barat laut (antara barat dan utara, disingkat NW)
Timur laut (antara timur dan utara, disingkat NE)
Barat daya (antara barat dan selatan, disingkat SW)
Tenggara (antara timur dan selatan, disingkat SE)

Jenis kompas
Kompas dibedakan menjadi dua jenis, yaitu kompas analog dan kompas digital.
Kompas analog
Kompas analog adalah kompas yang biasa kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya saja kompas yang dipakai ketika acara pramuka. Sedangkan kompas digital merupakan kompas yang telah menggunakan proses digitalisasi. Dengan kata lain cara kerja kompas ini menggunakan komputerisasi.
Kompas digital
Diciptakannya kompas digital bertujuan untuk melengkapi kebutuhan robotika yang semakin canggih. Dunia robotika ini sangat membutuhkan alat navigasi yang efektif dan efisien. Sementara itu alat sistem navigasi yang tersedia di pasaran harganya mahal. Sedangkan kompas sendiri merupakan sebuah alat sistem navigasi yang efektif dengan harga lebih murah. oleh karena itu kompas digital diharapkan bisa mensubstitusi alat sistem navigasi pada robot.
Kompas-kompas digital yang ada di pasaran banyak macamnya. Di antaranya yaitu CMPS03 Magnetic Compass buatan Devantech Ltd. CMPS03 yang berukuran 4 x 4 cm ini menggunakan sensor medan magnet Philips KMZ51 yang cukup sensitif untuk mendeteksi medan magnet bumi. Kompas digital ini cukup supplai tegangan sebesar 5 Vdc dengan konsumsi arus 15mA. Pada CMPS03, arah mata angin dibagi dalam bentuk derajat yaitu : Utara (0), Timur (90), Selatan (180) dan Barat (270).
Ada dua cara untuk menperoleh informasi arah dari kompas digital ini yaitu dengan membaca sinyal PWM (Pulse Width Modulation) pada pin 4 atau dengan membaca data interface I2C pada pin 2 dan 3. Sinyal PWM adalah sebuah sinyal yang telah dimodulasi lebar pulsanya. Pada CMPS03, lebar pulsa positif merepresentasikan sudut arah. Lebar pulsa bervariasi antara 1mS (00) sampai 36.99mS (359.90). Dengan kata lain lebar pulsa berubah sebesar 100uS setiap derajatnya. Sinyal akan low selama 65mS di antara pulsa, sehingga total periodanya adalah 65mS + lebar pulsa positif (antara 66mS sampai 102mS). Pulsa tersebut dihasilkan oleh timer 16 bit di dalam prosesornya, yang memberikan resolusi 1uS.
Selain PWM, CMPS03 juga dilengkapi dengan interface I2C yang dapat digunakan untuk membaca data arah dalam bentuk data serial. Pada mode 8 bit, arah utara ditunjukkan dengan data 255 dengan resolusi 1,40625 derajat/bit. Pada mode 16 bit, arah utara ditunjukkan dengan data 65535 sehingga resolusinya menjadi 0,0055 derajat/bit.
Dari berbagai macam kompas digital di atas dapat diketahui bahwa kompas digital CMPS03 merupakan kompas digital yang paling bagus. Walaupun kompas ini paling bagus karena gambarannya bisa ditampilkan dalam layar LCD karakter, namun kompas ini tidak bisa digunakan oleh semua jenis robot. Hal ini dikarenakan setiap robot mempunyai kebutuhan atas sistem navigasi berupa kompas digital yang beda antar robot satu dengan robot lainnya. Ada kemungkinan jenis robot A membutuhkan kompas digital jenis B, dan ada kemungkinan bahwa kompas satu tidak bisa tersubstitusikan oleh kompas lainnya.

Di dunia pelayaran, Kompas sering juga disebut sebagai Pedoman.
Pembagian Pedoman berdasarkan penempatannya di kapal dibedakan atas :
1.    Pedoman Dasar
2.    Pedoman Kemudi
3.    Pedoman Pembantu (pedoman sekoci dan pedoman lainnya)

Bisa juga berdasarkan konstruksinya atau pembuatannya
1.    Pedoman piringan ringan ( Pedoman Kering )
2.    Pedoman Zat Cair( Pedoman Basah )

Kompas/Pedoman Kering
Terdiri dari :
a.    Ketel
b.    Tutu p Kaca
c.    Kaca baur
d.    Pena (semat)
e.    Ujung semat dilengkapi logam iridium
f.     Sungkup dari Aluminium
g.    Batu nilam dalam sungkup
h.    Pinggiran dari Aluminium 
i.     Benang Sutera
j.     Batang Magnit.
k.    Kertas tempat melukis surat¬surat/derajat-derajat
l.     Tempat titik putar pesawat baring
m.   Tanduk penggantung    

Piringan Pedoman Kering
Piringan pedoman terdiri dari atas beberapa jarum magnit yangdigantungkan di bawah piringan, pinggirannya dari aluminium atau bahan yang ringan. Di tengah-tengahnya piringan ditempatkan sebuah sungkup. Pada pinggir piringan dan sungkup dibuat lubang kecil-kecil untuk memasang benang-benang sutera. Diatas benang-benang yang meng-hubungkan pinggir dan sungkup dipasang kain sutera atau kertas yang tepat terbangun lingkaran, atas mana terdapat pembagian – pembagian dalam derajat dan surat (lihat gambar )

Ketel Pedoman
Bentuk bulat dan dibuat dari kuningan, diatasnya ditutup dengan kaca, pada sisi dalam dicat putih dan pada ujungnya dilukis garis hitam yang tegak yang disebut Garis Layar yang letaknya harus didalam muka yang sama dengan ujungnya semat pedoman, serta letaknya sejajar dengan lunas dan linggi kapal.
Agar ketel bergantungan lebih stabil dan dapat menahan getaran-getaran yang mempengaruhinya pada type pedoman Thomson, di bawahnya dasar kaca sebuah kaca baur yang cekung diisi dengan sejenis minyak tumbuh-tumbuhan. Ada pedoman dimana dasar ketel hanya diberi beban dengan sekeping timbel.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi :
  1. Ketel tidak boleh mengandung magnetis. Hal ini dapat diselidiki dengan jalan mengambil ketel keluar dari rumah pedoman, selanjutnya di samping ketel ditempatkan sebuah pedoman kecil. Sesudah itu ketel diputar, bilamana dalam pekerjaan ini jarum pedoman kecil tidak bergerak, ini berarti ketel tidak mengandung magnetis.
  2. Jika ketel diam tutup kaca, harus dalam keadaan mendatar. Ini dapat diselidiki dengan menggantungkan sebuat unting-unting. Lalu dilihat dari dua arah yang satu sama lain memotong siku, maka bayangan diatas tutup kaca harus terletak dalam satu garis dengan benangnya unting-unting tadi
  3. Ketel harus mudah mengayun dan tidak menyentuh dimana-mana
  4. Semat harus berdiri tepat ditengah-tengah ketel, jika tidak maka jarak antara piringan sampai pada ketel si pelbagai tempat tidak sama
  5. Ujung semat harus terletak di titik potong penggantungan    ketel pedoman pada cincin lenja dan cincin lenjapada rumah pedoman. Apabila tidak demikian halnya, maka ujung semat pedoman ketika peranatan cincin-cincin lenja berputar tidak tepat pada tempatnya. Keadaan in i akan mengakibatkan piringan tidak tenang. Untuk mengetahui hal ini tempatkan ketel sedemikian sehingga ujung semat hampir menyentuh sebuah unting-unting yang digantungkan diatas ketel. Jika sekarangperanatan lenja diputar, maka jarak antara ujung semat dan batu unting-unting tidak boleh berubah
  6. Titik putar pesawat baring harus terletak tegak lurus diatas ujung semat pedoman. Jika tidak demikian maka akan timbul sebuah salah baringan.
  7. Garis Layar harus dalam keadaan yang benar.
  8. Alat penggantungan (Cincin lenja) tempat dimana ketel didudukan dengan benar.

Kompas/Pedoman Zat Cair
Pedoman ini dibuat lebih kuat dan ketelnya diisi campuran alkohol ( 16 % s/d 25 % ) dan air sulingan ( 84.5 s/d 75 % ) yang berguna untuk meredam gerakan dan getaran yang dapat menpengaruhi pedoman. Dengan diisi alkohol maka pedoman dapat dipakai pada suhu rendah, tetapi perlu dicampur dengan air, sebab alkohol yang murni memakan cat ketel dan piringan. Oleh sebab itu cat ketel dan piringan menggunakan cat khusus.
Untuk mempertinggi tahan getaran dan goncangan serta stabilitas dari pada piringan pedoman ini, dipasang dua atau empat jarum magnet yang agak panjang dan tebal yang dimaksukan dalam bumbung yang dibuat dari kuningan dan ditempatkan di bawah piringan pedoman. Dengan demikian berat seluruh piringan 300 gram, dan untuk mencegah rusaknya ujung semat, dipasang pengapung sehingga berat di atas semat tidak lebih dari pada berat piringan pedoman kering ( 15 s/d 20 gran ) 

Sumbat (sungkup isi):
Untuk menambah air sulingan ke dalam ketel jika air ketel berkurang yang dapat diketahui dengan adanya gelembung udara di atas zat cair. Cara mengisinya ialah ketel ditahan miring, sumbat diputar keluar dan air dituangkan melalui sumbat, lalu ditutup kembali. Kadang-kadang zat cair tidak berkurang tetapi terjadi gelembung udara. Ini adalah vacum akibat zat yang sifat memuainya berlainan antara isi ketel dan ketelnya.Hal ini akan mengakibatkan terjadinya pengembunan pada kaca yang menyulitkan pembacaan. Untuk mengatasi hal ini biasanya ada pengisian secara otomatis pada kotak cadangannya.

Pengapung:
Dengan adanya jarum-jarum yang berat dan tebal, maka akan mengakibatkan rusaknya tuntung dari semat. Untuk menghindari hal ini dipasanglah pengapung.

Tromol:
Kalau suhu naik, cairan dalam ketel mengembang sehingga jika tidak ada tromol yang bergaya pegas, mungkin ketel atau tutup kaca akan rusak. Kalau suhu turun, cairan akan susut sehingga ketel tidak penuh lagi. Dengan adanya tromol yang bergaya pegas itu, maka piringan pedoman akan ikut pula turun naik dan akibatnya penunjukan arah yang salah. Untuk inilah jembatan kuningan dipasang dimana semat dipasang diatasnya.

Pemberat:
Dibuat dari timbel dan gunanya agar pedoman bergantung lebih stabil.

Echosounder

KARTA JAYA | 10/10/2012 | 0 komentar |

Pemetaan kontur tanah dalam perencanaan pembangunan sangat diperlukan. Pemetaan kontur tanah disebut juga dengan topografi. Sedangkan pemetaan kontur dasar laut disebut dengan bathymetry. Dalam pemetaan dasar laut atau Bathymetry instrumen yang biasa kita gunakan antara lain echosounder atau fishfinder. Kedua instrumen tersebut prinsip kerjanya menggunakan akustika bawah air.
Echosounder adalah alat untuk mengukur kedalaman air dengan mengirimkan tekanan gelombang dari permukaan ke dasar air dan dicatat waktunya sampai echo kembali dari dasar air. Adapun kegunaan dasar dari echosounder yaitu menentukan kedalaman suatu perairan dengan mengirimkan tekanan gelombang dari permukaan ke dasar air dan dicatat waktunya sampai echo kembali dari dasar air. Data tampilan juga dapat dikombinasikan dengan koordinat global berdasarkan sinyal dari satelit GPS yang ada dengan memasang antena GPS (jika fitur GPS pada echosounder ada).
Prinsip kerjanya yaitu: pada transmiter terdapat tranduser yang berfungsi untuk merubah energi listrik menjadi suara. Kemudian suara yang dihasilkan dipancarkan dengan frekuensi tertentu. Suara ini dipancarkan melalui medium air yang mempunyai kecepatan rambat sebesar, v=1500 m/s. Ketika suara ini mengenai objek, misalnya ikan maka suara ini akan dipantulkan. Sesuai dengan sifat gelombang yaitu gelombang ketika mengenai suatu penghalang dapat dipantulkan, diserap dan dibiaskan, maka hal yang sama pun terjadi pada gelombang ini.
Prinsip Echosounder
Ketika gelombang mengenai objek maka sebagian enarginya ada yang dipantulkan, dibiaskan ataupun diserap. Untuk gelombang yang dipantulkan energinya akan diterima oleh receiver. Besarnya energi yang diterima akan diolah dangan suatu program, kemudian akan diperoleh keluaran (output) dari program tersebut. Hasil yang diterima berasal dari pengolahan data yang diperoleh dari penentuan selang waktu antara pulsa yang dipancarkan dan pulsa yang diterima. Dari hasil ini dapat diketahui jarak dari suatu objek yang deteksi.
Cara Pemakaian :
  1. Memasang alat dan cek keadaan alat sebelum memulai pengambilan data.
  2. Pastikan kabel single beam dan display sudah terpasang.
  3. Pasang antena, jika diperlukan input satelit GPS.
  4. Masukkan single beam kedalam air.
  5. Set Skala kedalaman yang ditampilkan display.
  6. Set frekuensi yang akan digunakan 200 Hz untuk laut dangkal atau 50 Hz untuk laut dalam atau dual    untuk menggunakan keduanya.
  7. Set input data air yaitu salinitas, temperatur dan tekanan air.
  8. Pengambilan data.
  9. Pemrosesan data.
Pengolahan data:
Perhitungan kedalaman diperoleh dari setengah waktu pemantulan signal dari echosounder memantul ke dasar laut kemudian kembali ke echosounder. Nilai waktu yang diperoleh di konversikan dengan kecepatan gelombang suara di dalam air.

Untuk data kedalaman yang lebih tepat, dimasukkan pula data-data temperatur air, salinitas air dan tekanan air. Hal ini diperlukan untuk memperoleh konversi yang tepat pada cepat rambat suara di dalam air.

Berikut adalah perhitungannya :
c = 1448.6 + 4.618T2 − 0.0523 + 1.25 * (S − 35) + 0.017D

dimana :
c = kecepatan suara (m/s)
T = temperatur (degrees Celsius)
S = salinitas (pro mille)
D = kedalaman

Gelombang

KARTA JAYA | 10/10/2012 | 0 komentar |
Gelombang merupakan suatu fenomena naik-turunnya permukaan laut, dimana energinya bergerak dari suatu wilayah pembentukan gelombang ke arah pantai.  Kata gelombang umumnya digunakan untuk gelombang yang dibangkitkan oleh angin.  Gelombang yang dibangkitkan angin terbentuk di perairan dalam kemudian bergerak ke perairan dangkal yang mengalami deformasi (refraksi, difraksi, refleksi) dan pada akhirnya pecah di dekat pantai.  Parameter gelombang seperti tinggi, periode, sudut refraksi dan tipe gelombang sangat penting diketahui untuk mempelajari gelombang yang ada di laut.  Aktivitas gelombang menentukan transpor sedimen yang terjadi di pantai dan perubahan garis pantai.

Bentuk dari sebuah gelombang dan rentetan diagram yang menunjukkan gerakan partikel-partikel air yang ada di dalam gelombang. Walaupun gelombang bergerak makin maju ke depan, partikel-partikel di dalam gelombang akan meninggalkan jejak yang membentuk lingkaran. 
Jejak lingkaran yang dibuat oleh partikel-partikel akan menjadi lebih kecil sesuai dengan makin besarnya kedalaman di bawah permukaan gelombang.
Gelombang memiliki sifat-sifat tertentu yang dapat dipengaruhi oleh 3 bentuk angin :

  1. Kecepatan angin, umumnya makin kencang angin bertiup maka makin besar gelombang yang terbentuk dan gelombang ini mempuyai kecepatan yang tinggi dan panjang gelombang yang besar.
  2. Ketika angin sedang bertiup, tinggi, kecepatan dan panjang gelombang seluruhnya cenderung meningkat sesuai dengan meningkatnya waktu pada saat angin pembangkit gelombang mulai bertiup.
  3. Jarak tanpa rintangan ketika angin bertiup (fetch). Fetch di lautan lebih besar daripada fetch di danau sehingga panjang gelombang yang terbentuk di lautan lebih panjang hingga mencapai ratusan meter.
Klasifikasi gelombang berdasarkan ukuran dan penyebabnya:


  1. Riak (ripples) / gelombang kapiler (capillary wave) dengan panjang gelombang 1,7 m dan periode kurang dari 0,2 detik disebabkan oleh adanya tegangan permukaan dan tiupan angin yang tidak terlalu kuat pada permukaan laut.
  2. Gelombang angin (wind waves) dengan panjang gelombang sampai kira-kira 130 m dan periode 0,2-9 detik ditimbulkan angin
  3. Alun (swell) dengan panjang gelombang sampai ratusan meter dan periode 9-15 detik ditimbulkan oleh angin yang bertiup lama
  4. Gelombang pasang surut (tidal wave) dengan panjang gelombang ribuan kilometer dengan periode 12,5 jam, 25 jam dan seterusnya oleh fluktuasi gaya gravitasi matahari dan bulan.

Pengukuran parameter gelombang dapat dilakukan secara visual maupun dengan instrumen.  Pengukuran secara visual biasanya hanya dapat dilakukan pada kondisi sesaat, biasanya alat yang digunakan adalah View Box (sudut refraksi), papan berskala (tinggi gelombang) dan stop watch untuk pengukuran periode gelombang.  Pengukuran parameter gelombang dengan instrumen wave gauge yang didasarkan pada perubahan tekanan pada kolom air yang nantinya akan dikonversi menjadi parameter tinggi dan periode gelombang.  Manfaat mempelajari gelombang adalah dalam perencanaan wilayah pantai (pelabuhan dan bangunan pantai lainnya), pariwisata (surfing), sumber energi alternatif, dan untuk budidaya perikanan (rumput laut) dsb.  
Altimetri adalah salah satu teknik untuk mengukur ketinggian gelombang laut pada koordinat tertentu. Satelit altimetry mengambil data pada waktu tertentu dengan menggunakan radar mengelilingi angkasa dari satelit antena ke permukaan laut dan dikembalikan lagi ke satelit penerima. Pada tahun 1970 altimetri mulai melakukan pengukuran data fisik, kimia, keadaan dinamis dari daratan lautan, atmosfer dan biosphere. Beberapa satelit yang telah diluncurkan oleh altimetry dianteranya adalah ERS (1991-1996), Topex atau Poseidon (sejak 1992), ERS-2 (sejak 1995), dan Jason-1. Satelit-satelit ini menyediakan data lokasi, pengumpulan data, mengukur suhu, konsentrasi klorofil dan kecepatan angin di permukaan laut. Pengamatan secara umum untuk memahami secara lebih baik dari kejadian di lautan, iklim dalam waktu yang lampau ataupun waktu yang akan datang.



Biologi Ikan Platy

KARTA JAYA | 10/10/2012 | 0 komentar |
Ikan Platy (Xiphophorus maculates) berasal dari Amerika Tengah dan Utara (Clidad Veracruz, Meksiko Utara Belize). Ukuran maksimum dari ikan Platy yaitu mencapai 5 cm. Ikan ini memiliki sifat yang ramah dan tidak agresif, oleh karena itu sangat cocok digunakan sebagai ikan hias pada aquascaping. Ikan platy dapat hidup pada pH 7,0 – 8,0, pada suhu 20 – 26 °C. ikan Platy dapat diberi pakan buatan maupun alami. Platy memiliki banyak sekali bentuk varian warna seperti dari jenis spotted, gold comet, red wag, black, blue coral, leopard, mickey mouse, dan lainnya Ikan ini sangat mudah beradaptasi dan memiliki toleransi yang baik dalam berbagai kondisi lingkungan tempat hidupnya. Platy menyukai habitat dengan banyak tanaman, karena ikan ini cenderung berenang dan berkembang biak diantara tetanaman. Ikan ini menyukai arus sedang (Anonim 2010).

Berdasarkan Marie (2010), klasifikasi ikan Platy secara lengkap adalah sebagai berikut.
Kingdom         : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Cyprinodontiformes
Famili : Poeciliidae
Genus : Xiphophorus
Spesies         : Xiphophorus maculates
Pada dasarnya, ikan Platy memiliki beberapa perbedaan ciri kelamin antara jantan dan betina. Yang pertama adalah ciri primer. Ciri primer dari ikan Platy Jantan adalah ikan Platy Jantan memiliki gonopodium yang terletak di dekat sirip analnya, sedangkan ikan Platy betina tidak memiliki gonopodium (Foster dan Smith3 2011). Cirri sekunder pada ikan Platy jantan yaitu ika Platy jantan lebih kecil dibandingkan dengan betinanya. Selain itu, warna ikan Platy Sunset jantan jauh lebih mencolok dibandingkan betinanya (Foster dan Smith3 2011).

Sanitasi dan Higienis di Pelabuhan Perikanan

KARTA JAYA | 10/10/2012 | 0 komentar |

Sanitasi adalah suatu usaha untuk mengawasi beberapa faktor lingkungan fisik yang berpengaruh kepada manusia. Sanitasi juga membantu mempertahankan lingkungan biologi sehingga polusi berkurang dan membantu melestarikan hubungan ekologi yang seimbang (Jenie, 1988 diacu dalam Faubany, 2008). Higienis secara umum menurut Johns (1991) adalah dasar dari suatu proses kebersihan. Kebersihan penting karena dapat mencegah bakteri yang timbul dari kondisi yang kotor.
Sanitasi yang baik dalam industri tidak hanya terletak pada kebersihan bahan baku, peralatan, ruangan dan pekerja tetapi juga dalam penanganan dan pembuangan limbah. Meskipun suatu industri menghasilkan produk bermutu tinggi tetapi jika cara pembuangan limbah di sekitar industri tersebut tidak ditangani dengan benar, maka akan dapat mengganggu dan merusak lingkungan hidup di sekitarnya. Begitu juga dengan pelabuhan perikanan (Liswati, 2000 diacu dalam Faubany, 2008).
Dalam pengembangan industri perikanan, pelabuhan perikanan merupakan bagian dari rantai produksi yang harus memenuhi persyaratan kelayakan dasar sanitasi dan higienis yang meliputi (Departemen Pertanian, 2002 diacu dalam Faubany, 2008): 
(1) Lokasi dan lingkungan
(2) Konstruksi bangunan
(3) Dinding, penerangan dan ventilasi 
(4) Saluran pembuangan
(5) Pasokan air dan bahan bakar 
(6) Es
(7) Penanganan limbah 
(8) Toilet
(9) Konstruksi dan pemeliharaan alat
(10) Peralatan untuk penanganan awal 
(11) Pembersihan dan sanitasi
(12) Kontrol sanitasi

Sanitasi secara umum mencakup berbagai aspek antara lain kesehatan, kebersihan dan kesimbangan lingkungan secara manajemen atau pengelolaannya. Sanitasi bertujuan untuk mencegah berbagai faktor yang menyebabkan timbulnya pencemaran bagi produk dan lingkungan.  Hasil yang diharapkan dengan dijalankannya program sanitasi di pelabuhan perikanan antara lain terciptanya lingkungan kerja yang bersih, mutu ikan yang tetap terjaga dan kebersihan para pelaku di pelabuhan perikanan. Seluruh kelayakan dasar sanitasi di pelabuhan perikanan harus dapat dipenuhi untuk memperbaiki kinerja dan operasional pelabuhan, apalagi bila pelabuhan tersebut memiliki wilayah distribusi yang luas dan kapasitasnya besar.

Penerapan Sanitasi dan Sumber-Sumber Pencemaran di Pelabuhan Perikanan
Pedoman umum yang digunakan dalam perencanaan pembangunan dan pengoperasian Sanitation Standard Operating Procedures (SSOP) di Pelabuhan Perikanan atau Pangkalan Pendaratan Ikan adalah sebagai berikut (Menai, 2007 diacu dalam Faubany, 2008):
1) Lokasi, konstruksi dan tata ruang 
  • Bangunan tidak berada di tempat yang merupakan daerah pembuangan sampah, pemukiman padat      penduduk atau daerah lain yang dapat menimbulkan pencemaran
  • Bebas dari timbunan barang bekas yang tidak teratur
  • Bebas dari timbunan barang sisa atau sampah
  • Bebas dari tempat persembunyian atau perkembangbiakan serangga, binatang pengerat dan binatang pengganggu lainnya
  • Sistem saluran pembuangan air (drainase) dalam keadaan baik
  • Permukaan lantai rata, kedap air, tahan bahan kimia, tidak licin dan mudah dibersihkan
  • Pertemuan antara lantai dengan dinding melengkung dan kedap air 

2) Kebersihan dan sanitasi 
  •  Lantai, wadah peralatan dan sebagainya dibersihkan dan dicuci sebelum dan sesudah dipakai dengan menggunakan air yang mengandung chlorine
  • Peralatan kebersihan (sikat, sapu, alat semprot dan lain-lain) tersedia setiap saat bila diperlukan dan jumlahnya mencukupi 
  • Tempat pendaratan dan penyimpanan ikan terpelihara kebersihannya 
  • Tempat sampah terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, tahan karat, tidak bocor, jumlahnya cukup, mempunyai tutup dan ditempatkan pada tempat yang sesuai
  • Setiap orang yang memasuki TPI harus mencuci tangan dan kaki (sepatu) dengan mencelupkannya ke dalam bak berisi air yang mengandung chlorine
  • Tidak semua orang kecuali yang berkepentingan dapat masuk ke dalam TPI

Sumber pencemar (polutan) dapat berasal dari suatu lokasi tertentu (point source) atau tak tentu/tersebar (non-point/diffuse source). Pencemar yang berasal dari point source bersifat lokal. Efek yang ditimbulkan dapat ditentukan berdasarkan karakteristik spasial kualitas air. Volume pencemar dari point source biasanya tetap. Sumber pencemar non-point source dapat berupa point source dalam jumlah yang banyak, misalnya limpasan dari daerah pertanian yang mengandung pestisida dan pupuk, limpasan dari daerah pemukiman (domestik) dan daerah perkotaan (Effendi, 2003 diacu dalam Faubany, 2008). 
Menurut Effendi (2003), bahan pencemar (polutan) adalah bahan-bahan yang bersifat asing bagi alam atau bahan yang berasal dari alam itu sendiri yang memasuki tatanan ekosistem sehingga mengganggu peruntukan ekosistem tersebut. Berdasarkan cara masuknya ke dalam lingkungan, polutan dikelompokkan menjadi dua, yaitu polutan alamiah dan antropogenik. Polutan alamiah adalah polutan yang memasuki suatu lingkungan secara alami. Adapun polutan antropogenik adalah polutan yang masuk ke badan air akibat aktivitas manusia. 
Sumber-sumber pencemaran di pelabuhan perikanan pada umumnya berasal dari aktivitas manusia, seperti sampah sisa pembongkaran dan pelelangan ikan serta limbah dari industri pengolahan dan kapal-kapal yang berlabuh yang mencemari saluran drainase dan kolam pelabuhan. Ravikumar (1993) diacu dalam Faubany, (2008), menyebutkan bahwa sampah merupakan benda yang tidak terpakai, tidak diinginkan dan dibuang, sedangkan limbah adalah sampah yang sudah mencemari. Berdasarkan bentuk dan cara penanganannya, sampah dibagi menjadi: 
(1) Sampah padat 
(2) Sampah cair/air buangan 
(3) Sampah gas dan partikel di udara 
(4) Kotoran manusia
(5) Kotoran hewan
(6) Sampah berbahaya 
Berdasarkan komposisi kimia, sifat mengurai dan mudah tidaknya terbakar, sampah dibedakan menjadi sampah organik dan anorganik; degradable dan non-degradable serta combustible dan non-combustible
Limbah adalah campuran yang kompleks, terdiri atas mineral dan bahan-bahan organik dalam berbagai bentuk, besar maupun kecil yang terapung dalam bentuk suspensi atau larutan. Limbah selalu terjadi selama proses panen dan pengolahan serta saat pemasaran. Air limbah (waste water) adalah kotoran dari masyarakat dan rumah tangga dan juga yang berasal dari industri, air tanah, air permukaan serta air buangan lainnya. Air limbah ini merupakan hal yang bersifat kotoran umum (Sugiharto, 2005). Penentuan derajat kekotoran air limbah sangat dipengaruhi oleh adanya sifat fisik yang mudah terlihat. Sifat fisik yang penting ialah kandungan zat padat sebagai estetika yaitu kejernihan, bau dan warna serta temperatur (Widodo, 2001).



 
Didukung oleh : Karta Jaya Web | TIPS untuk Blogger | TIPS dan TRIK BLOG
Copyright © 2010. LautanBiru.com
Note : Semua artikel yang ada dalam blog ini, semata-mata hanya untuk
dibagikan buat sobat blogger yang membutuhkan
Template blog telah dimodifikasi dengan perubahan tampilan yang ada.
TERIMA KASIH atas kunjungan Anda.
Jika ada saran/kritik, silahkan kirim e-mail ke:
Kartajaya25@gmail.com atau karta.tambunan@ymail.com