Berawal dari manusia mengetahui cara membuat api, setelah itu manusia juga mengetahui bahwa ada juga ikan yang tertarik akan cahaya. Namun, tidak diketahui juga sejak kapan manusia melakukan penangkapan ikan dengan menggunakan alat bantu cahaya. Seiring dengan berkembangnya teknologi, penggunaan alat bantu cahaya inipun ikut berkembang dalam penangkapan ikan. Dimulai dengan pencahayaan yang sederhana (traditional) hingga menggunakan lampu sebagai sumber cahaya.
Penangkapan ikan dengan alat bantu cahaya inilah yang disebut dengan light fishing. Sehingga, dapat disimpulan bahwa caha hanyalah merupakan alat bantu dalam suatu operasi penangkapan, yang tentunya berfungsi untuk mengumpulkan ikan dalam suatu area penangkapan (fishing ground) dan kemudian ditangkap dengan menggunakan berbagai jenis alat tangkap.
Mengapa ikan tertarik akan cahaya?. Pertanyaan inilah yang membuat para ilmuan ingin mengetahui sebenarnya apa yang membuat ikan itu suka dengan cahaya. Pada dasarnya ikan tertarik pada cahaya melalui penglihatan (mata) dan rangsangan melalui otak (pineal region pada otak). Peristiwa tertariknya ikan terhadap cahaya disebut phototaxis (Sudirman and Mallawa 2004). Sehingga dengan demikian ikan yang tertarik dengan cahaya adalah ikan yang mempunyai sifat phototaxis, yang umumnya adalah ikan pelagis dan sebagian ikan demersal. Sedangkan ikan yang tidak tertarik dengan cahaya atau menjauhi cahaya biasa disebut fotophobi, dan adapula yang menyebutnya dengan fototaxis negative.
Menurut penelitian tingkah laku ikan, telah diketahui bahwa rangsangan cahaya antara 0,01-0,001 lux, ikan sudah memberikan reaksi, namun ambang cahaya tertinggi untuk mata ikan belum banyak diteliti. Ikan mempunya suatu kemampuan yang mengagumkan untuk dapat melihat pada siang hari dengan kekuatan penerangan ratusan ribu lux dan dalam keadaan gelap sama sekali. Kalau cahaya biru-hijau yuang mampu diterima oleh mata manusia hanya 30% saja, maka mata iikan mampu menerimanya sebesar 75%, sedangkan retina mata dari beberapa jenis ikan dapat menerima sebesar 90%. Jadi bisa disimpulkan bahwa batas ambang cahaya yang mampu diterima ikan lebih tinggi caripada manusia. Cahaya yang masuk ke mata ikan akan diteruskan ke otak pada bagian cone dan rod, yang sangat peka terhadap cahaya.
Prinsip Light Fishing dan Peristiwa Tertariknya Ikan pada Cahaya.
Penangkapan ikan dengan menggunakan cahaya sebagai alat bantu untuk mengumpulkan ikan di suatu fishing ground pada umunya hanya memanfaatkan behavior ikan yang tertarik akan cahaya. Menurut Ayodhyoa (1976;1981), bahwa peristiwa tertariknya ikan di bawah cahaya dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu:
- Peristiwa langsung, dimana ikan tertarik oleh cahaya lalu berkumpul. Ini tentunya berhubungan langsung dengan peristiwa fototaxis seperti jenis ikan sardinella, kembung, dan layang.
- Peristiwa tidak langsung, dimana karena adanya cahaya maka plankton, ikan-ikan kecil dan sebagainya berkumpul, dengan tujuan “feeding”. Beberapa jenis ikan yang termasuk dalam kategori ini adalah seperti ikan tenggiri, cendro, dan lain-lain.
Dari kedua prinsip di atas, dapat kita ketahui bahwa peristiwa ketertarikan ikan terhadap cahanya itu ada dua macam. Selain untuk mengetahui prinsip-prinsip light fishing, perlu adanya persyaratan-persyratan dalam light fishing demi untuk mengefektifkan proses penangkapan ikan dengan menggunakan alat bantu cahaya. Adapun persyaratan-persyaratan yang perlu diperhatikan adalah lingkungan. Pada perikanan ligh fishing tidak semua kondisi lingkungan dapat dilakukan penangkapan, tetapi harus pada malam hari. Hal ini berhubungan dengan fase bulan, yaitu bulan terang dan bulan gelap. Light fishing hanya efektif pada malam bulan gelap. Kondisi lingkungan lain yang dapat menpengaruhi adalah keadaan perairan, dimana air tidak boleh dalam keadaan keruh, sebaiknya jernih atau tidak terlalu keruh. Karena dapat mempengaruhi daya tembusa cahaya yang semakin pendek.
Selain memperhatikan kondisi lingkungan, proses penangkapan ikan pun perlu untuk diperhatikan. Persyaratan penangkapan ini sangat perlu untuk diperhatikan, karena sangat berpengaruh terhadapa banyaknya hasil tangkapan.Untuk mengefektifkan sebuah penangkapan, maka seharusnya cahaya mampu menarik ikan pada jarak yang jauh baik secara vertikal, maupun secara horizontal. Setelah berkumpul, hendaknya ikan-ikan itu tetap berada di area cahaya pada jangka waktu yang dibutuhkan untuk melakukan penangkapan.
Berbagai jenis alat tangkap mulai dari yang tradisional sampai pada alat tangkap yang modern telah menggunakan cahaya sebagai alat bantu. Jenis-jenis alat tangkap berupa bagan tancap di Perairan Sulawesi Selatan menggunakan lampu strongkin (pressure lamp) sebagai sumber cahaya. Begitu juga purse seine yang beroperasi pada malam hari yang tersebar luas di Perairan Indonesia merupakan alat tangkap yang memanfaatkan cahaya sebagai alat bantu. (Terima Kasih).
Baca juga alat bantu
penangkapan RUMPON.