- Indonesia disebut benua maritim (maritime continent). Hal ini karena jumlah pulau dan proporsi perairan yang begitu luas dalam kawasannya, ada sekitar 17.508 pulau dan baru 1.200 pulau (6 %) yang telah dihuni.
- Indonesia juga mempunyai pantai terpanjang yi 55.000 km.
- Indonesia terletak dekat dengan dan dilalui jalur pelayaran internasional timur-barat dan utara-selatan.
Pelabuhan Perikanan
FieldTrip Pelabuhan dan AHT
- Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta (PPSNZJ)
- Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan (PPNP) dan
- Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke (PPI MA)
Berbicara soal perjalanan menuju ketiga pelabuhan saya pikir menarik. Bahkan perjalanan menuju ketiga pelabuhan ini lebih lama daripada waktu melakukan praktikum di lapangan. Tapi itulah salah satu momen yang tepat buat kami (PSP 46) untuk mengenang kembali kebersamaan yang sudah terjalin sebelumnya.
Adapun rute perjalan fieldtrip kali ini, dimulai dari Pangkapaln Pendaratan Ikan Muara Angke yang terletak di Muara Angke, Pluit, Jakrta Utara. Perjalanan ke pelabuhan ini kurang lebih 3 jam dari Dramaga Bogor. Sesampai di sana kita langsung melakukan diskusi dengan pihak pelabuhan yang dipimpin oleh Kepala UPT** PPI MA sendiri yaitu Bapak Nugroho. Dilihat dari segi fasilitas , pelabuhan ini tergolong pelabuhan kelas B atau PPN, dari segi aktivitas juga pelabuhan ini termasuk pelabuhan yang ramai akan aktivitas. Salah satu masalah di pelabuhan ini adalah masalah pengolahan limbah lingkungan. Pihat UPT** Pelabuhan sebenarnya sudah melakukan pengolahan limbah, tetapi karena padatnya penduduk di sekitar pelabuhan sehingga mempengaruhi manajemen dari pengolahan limbah tersebut.
Dokumentasi saat praktikum lapang di PPI Muara Angke:
Seperti itulah kondisi Pelabuhan di Muara Angke. Memang pada saat kita melakukan praktikum lapang suasana pembongkaran hasil tangkapan lagi sepi. Hal ini dipengaruhi oleh faktor cuaca yang memang buruk di laut utara jawa. Spesialnya pelabuhan ini adalah seperti pelabuhan yang sudah tergolong besar dimana PPI Muara Angke ini telah mempunyai TPI*** Higienis.
Video Pasar Ikan di PPI Muara Angke
Selanjutnya perjalanan kami lanjutkan ke PPS Nizam Zachman yang tidak jauh dari PPI Muara Angke. PPS Nizam ini berada tepat di Muara Baru masih di Pluit Jakarta Utara yang menghabiskan waktu perjalanan kurang lebih 1,5 jam.
Di pelabuhan ini kita banyak mendapatkan banyak hal loh...PPS Nizam ini awalnya bernama PPS Jakarta. Sehingga namanya berganti menjadi PPS Nizam Zachman Jakarta yang dilatarbelakangi untuk mengabadikan Bapak Nizam Zachman, dimana beliau adalah Dirjen Perikanan ke-2 yang memberikan pemikirannya untuk perikanan Indonesia terutama kemajuan Pelabuhan Perikanan kita. Pelabuhan ini mempunyai Menara Kontrol yang berfungsi untuk tempat untuk melihat semua kawasam pelabuhan dengan jelas, kalu tidak salah tinggi Menara Kontrol ini 63 meter teman-teman, tinggi kan. Yang pastinya kami tidak melewatkan kesempatan untuk menaiki menara tersebut. Memang benar, semua kawasan pelabuhan terlihat jelas oleh mata.
Berikut dokumentasi di PPS Nizam:
Seperti itu lah tingkat keramaian di PPS Nizam, bahkan menurut Kepala Bidang pengembangan Pelabuhan Nizam sendiri, untuk sirkulasi perekonomian di pelabuhan sendiri dapat mencapai 23 milyar tiap harinya. Sungguh bisnis yang sangant menjanjikan bukan?.
Di pelabuhan ini juga terdapat pengolahan ikan Tuna loh teman-teman, dimana ikan tuna ini akan langsung dieksport ke Jepang.
Berikut adalah video proses pengolahan ikan tuna di PPS Nizam Zachman Jakarta
Selanjutanya rute perjalanan ke Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan pun dimulai setelah selesai melakukan praktikum lapang dari PPS Nizam Zachman. Sekitar jam 16.00 WIB kami melakukan perjalanan menuju Pekalongan dan kami tiba di PPN Pekalongan sekitar jam 05.00 WITA. Sesampainya di PPNP kita langsung melakukan pengamatan di sekitar pelabuhan.
PPN Pekalongan ini merupakan salah satu pelabuhan tertua di pulau jawa. Kolam pelabuhan ini juga merupakan muara sungai, dan program pihak pelabuhan akan membangun pelabuhan yang kolam pelabuhannya langsung di pantai. Jadi kenungkinan untuk meminimalisir kendala-kendala pendangkalan seperti yang terjadi di sungai.
Selain melakukan praktikum lapang di PPNP ini, kami juga tidak melewatkan kesempatan untuk menikamati Wisata Bahari yang aha di kawasan pelabuhan ini. Wisaya bahari ini mempunyai akuarium teman-teman seperti akuarium yang ada di Seaworld. Sungguh menakjubkan pemandangan di pekalongan. Lain lagi kota pekalongan adalah kota batik. Kami juga tidak melewatkan moment itu untuk berbelanja batik ke pasar batik yang ada di Pekalongan. Seru kan teman-teman?.
Berikut dokumentasi di PPN Pekalongan, Jawa Tengan
Dan waktunya untuk berlibur teman-teman setelah kita melakukan praktikum lapang. Tempat yang kita lirik kali ini untuk berlibur adalah Bandung, Jawa Barat. Hahahaha...
Bandung memang mempunyai banyak tempat-tempat wisata. Salah satunya adalah Situ Patengan yang ada di puncak desa Patengan. Uniknya di situ itu terdapat sebuah pulau yang dinamakan pulau asmara, dan di tengan-tengah pulai ini terdapat sebuah batu, dan warga setempat menamainya Batu Cinta. Untuk lebih jelasnya bisa anda lihat dalam video ini:
Oke sampai di sini dulu teman-teman cerita perjalanan fieldtrip pelabuhan dan AHT* yang kami lakukan. Mudah-mudahan perikanan kita ke depannya lebih maju lagi.
Amin..Amin..
*AHT : Analisis Hasil Tangkapan
**UPT : Unit Pelaksana Terpadu
***TPI : Tempat Pelelangan Ikan
^PSP : departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Kondisi Laut Indonesia Semakin Memprihatinkan
Sebagai Negara maritim. Indonesia menyimpan potensi kekayaan sumber daya kelautan yang belum dieksplorasi dan dieksploitasi secara optimal, bahkan sebagian belum diketahui potensi yang sebenarnya. Dengan luas wilayah maritim Indonesia yang diperkirakan mencapai 5,8 juta km2 dan dengan kekayaan terkandung di dalamnya yang meliputi :
1. Kehidupan sekitar 28.000 spesies flora, 350 spesies fauna dan 110.000 spesies mikroba,
2. 2.600 spesies terumbu karang dan 40 genera, jauh lebih kaya dibandingkan Laut Merah yang hanya memiliki sekitar 40 spesies dari 7 genera,
3. Sumberdaya yang dapat diperbaharui (renewable resources), termasuk ikan, udang, moluska, kerang mutiara, kepiting, rumput laut, mangrove/hutan bakau, hewan karang dan biota laut lainnya,
4. Sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui (non renewable resources), seperti minyak bumi, gas alam, bauksit, timah, bijih besi, mangan, fosfor dan mineral lainnya,
5. Energi kelautan seperti : Energi gelombang, pasang surut, angin, dan Ocean Thermal Energy Conversion,
6. Jasa lingkungan (environmental services) termasuk tempat-tempat yang cocok untuk lokasi pariwisata dan rekreasi seperti pantai yang indah, perairan berterumbu karang yang kaya ragam biota karang, media transportasi dan komunikasi, pengatur iklim dan penampung limbah,
7. Sudah terbangunnya titik-titik dasar di sepanjang pantai pada posisi terluar dari pulau-pulau terdepan sebagai titik-titik untuk menarik garis pangkal darimana pengukuran batas laut berpangkal.
8. Sudah terwujudnya beberapa kesepakatan/pejanjian batas laut yaitu : dengan India, Thailand, Malaysia, Singapura, Filipina, Australia dan PNG.
Indonesia, mempunyai luas perairan ¾ dari luas daratan. Sungguh sebuah kebanggan tersendiri bagi bangsa ini, terutama bagi saya sendiri sebagai bangsa Indonesia dan salah satu mahasiswa perikanan yang mempunyai tanggungjawab besar terhadap laut dan segala jenis biota yang terdapat di dalamnya. Laut Indonesia terbentang luas mengelilingi daratan yang juga tidak kala pentingnya untuk diolah. Kondisi laut kita saat ini sangat memprihatinkan bagi kelangsungan hidup biota laut kita. Kerusakan terumbu karang terjadi diman-mana, illegal fishing terjadi dimana-mana, dan masih banyak lagi kasus tentang perusakan-perusakan lingkungan, yang mengakibatkan biota di dalamnya ikut rusak.To be continue..........
Memantau Laut Indonesia
Naiknya suhu permukaan bumi hingga mengubah pola iklim, melelehnya es di kutub hingga permukaan air laut naik, merupakan beberapa dari sederet efek buruk gas rumah kaca (GRK) yang menjadi perhatian dunia, karena dampaknya yang begitu memengaruhi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Perkiraan Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) menyebutkan, jika suhu rata-rata permukaan bumi naik 1°-3,5°C pada tahun 2100, permukaan air laut naik antara 15-95 sentimeter. Dengan tingkat kenaikan 1 cm per tahun, pada 2050 kenaikannya mencapai 40 cm. Kenaikan hampir 1 meter akan menenggelamkan 80 persen pantai di Jepang. Bagaimana dengan Indonesia? Di negara maju, pemantauan sudah dilakukan 50 hingga 100 tahun silam sehingga tren kenaikan muka laut jelas terlihat, yaitu 3 milimeter per tahun.
Data pemantauan oleh stasiun pasang surut (pasut) di Indonesia masih relatif sedikit. Rekaman baru dilakukan 20 tahun terakhir. Itu pun terputus-putus, ujar Parluhutan Manurung, Kepala Bidang Medan Gaya Berat dan Pasang Surut Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional. Hasil awal perhitungan di Indonesia menunjukkan kecenderungan naiknya muka laut 3-8 mm per tahun. ”Sejak 2007 sudah ada tujuh stasiun pasut dilengkapi GPS sehingga pada pengamatan pasut efek tektonik dan tanah lokal bisa dipisahkan dari efek pemanasan global,” ujar Parluhutan. Pemantauan satelit Kenaikan muka laut sejak 1984 diketahui terutama disebabkan oleh meningkatnya suhu global akibat meningkatnya kadar CO2 dan gas lain di atmosfer.
Fenomena naiknya muka laut dipengaruhi secara dominan oleh pemuaian termal sehingga volume air laut bertambah. Selain itu, mencairnya es di kutub dan gletser juga berkontribusi terhadap kenaikan muka laut. Pengukuran yang dilakukan selama ini jangkauannya terbatas di daerah sekitar pantai sehingga datanya hanya akurat untuk memprediksi perubahan kedudukan muka laut di perairan dangkal atau di sekitar pantai. Sementara itu, Kosasih Prijatna dan timnya dari Kelompok Keilmuan Geodesi, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, ITB, melakukan studi awal perubahan muka laut di perairan Indonesia berdasarkan data satelit altimetri Topex (1992- 2002). Penelitian dilakukan di laut dangkal (Laut Jawa dan Laut Bangka), laut lepas (Samudra Hindia), dan laut dalam yang dikelilingi banyak pulau (laut di kepulauan Maluku dan Laut Banda). Dengan satelit altimetri Topex/Poseidon yang diluncurkan tahun 1992 lewat kerja sama Amerika Serikat (NASA) dan Perancis (CNES) diperoleh informasi mengenai dinamika global secara cepat dan akurat. Dengan teknik satelit altimetri dimungkinkan untuk memantau variasi kedudukan muka laut dengan tingkat presisi yang tinggi dan cakupan lautan yang luas. Satelit Topex/Poseidon memiliki sensor radar yang beroperasi secara simultan pada dua frekuensi sehingga dapat mereduksi efek bias ionosfer.
Ketelitian pengukuran satelit altimetri sekitar 2 cm. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Cazenave, perubahan kedudukan muka laut rata-rata global menggunakan satelit altimetri Topex/Poseidon dan ERS-1 selama kurun waktu sekitar empat tahun (Januari 1993-Juli 1997) telah terjadi perubahan variasi muka laut global sekitar 1,4 mm ± 0,2 mm/ tahun yang kuat kemungkinan disebabkan oleh ekspansi termal. Dampak Indonesia Indonesia adalah negara kepulauan dengan mayoritas populasinya tersebar di sekitar wilayah pesisir. Kemungkinan dampak negatif yang dapat dirasakan langsung dari fenomena kenaikan muka laut di antaranya erosi garis pantai, penggenangan wilayah daratan, meningkatnya frekuensi dan intensitas banjir, meningkatnya dampak badai di daerah pesisir, salinisasi lapisan akuifer dan kerusakan ekosistem wilayah pesisir.
Meskipun demikian, sampai saat ini karakteristik serta perilaku dari fenomena naiknya muka laut di wilayah regional perairan Indonesia belum dipahami secara baik dan komprehensif. Dengan demikian, perilaku kedudukan muka laut, baik variasi temporal maupun spasialnya, di wilayah Indonesia merupakan salah satu informasi penting yang diperlukan untuk perencanaan dan pelaksanaan pembangunan suatu wilayah secara berkelanjutan. Berdasarkan pemantauan satelit altimetri tersebut, selama 10 tahun di wilayah perairan Indonesia terlihat indikasi kenaikan muka laut dengan magnitude sekitar 8 mm per tahun. Namun, faktor penyebabnya belum dapat diidentifikasi secara pasti. Untuk mengonfirmasikan efek pemanasan global terhadap kenaikan muka laut, diperlukan data lain seperti temperatur, salinitas, densitas, tekanan, model pasut lokal yang memperhitungkan efek topografi dasar laut dan lainnya. Untuk pemodelan perubahan tinggi muka laut akibat perubahan iklim digunakan satelit altimetri Jason yang diluncurkan pada Desember 2001 dan misi GRACE pada Maret 2002.
Peluncuran dua satelit tersebut dapat membantu mengestimasi perubahan muka laut akibat land water dan ice mass, serta dapat melihat hubungan antara pengaruh suhu dan kenaikan muka laut. Berdasarkan data terakhir dengan satelit Jason, ditemukan bahwa kenaikan rata-rata di Indonesia 5 mm-1 cm per tahun. Tinggi rendahnya kenaikan dipengaruhi topografi dan pola arus laut. Dilihat berdasarkan kawasan, kenaikan muka laut relatif lebih besar di kawasan timur Indonesia.
Kenaikan muka laut per tahun di perairan Papua 6-7 mm, Maluku 5 mm, Jawa 4-6 mm, dan di Sumatera 2-3 mm. ”Data tersebut perkiraan kasar. Untuk mengoreksinya dengan menghilangkan noise level diperlukan waktu hingga dua bulan ke depan,” kata Kosasih. Safwan Hadi, peneliti dari Badan Riset Kelautan dan Perikanan DKP yang mendalami oseanografi pantai dari Universitas Hawaii, melakukan pemodelan kenaikan muka laut di pantai utara Jakarta berdasarkan data pasut sejak tahun 1925 hingga 2003. Dengan menggunakan digital alleviation model dan data topografi, ia mendapatkan kenaikan rata-rata 5,7 mm per tahun di kawasan itu. Namun, ketinggian ini tidak seberapa dibandingkan dengan subsiden atau turunnya permukaan daratan.
Penelitian yang dilakukan Hasanuddin Z Abidin, Ketua Kelompok Keilmuan Geodesi ITB, menunjukkan terjadinya penurunan sekitar 12 cm per tahun. Hal ini yang akan memperbesar dampak daerah yang terlanda banjir saat musim hujan di daerah pantai Jakarta. (end)
Perbaikan Kapal
Nah penasaran kan, gimana proses pendempulan kulit kasko kapal?. Makanya simak beberapa penjelasan berikut ini....!!!
A. Ringkasan Teori
Pada umumnya kapal perikanan yang ada di negara kita terbuat dari bahan kayu. Oleh karenanya, pada setiap kulit kasko kapal itu pasti ada sela-sela dimana sela tersebut akan mengakibatkan masuknya air ke dalam kapal. Hal itu disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya:
- Terjadinya pemuaian pada gading-gading kapal
- Terjadinya penyusutan pada kulit kasko kapal
- Pengaruh pembusukan yang disebabkan oleh terendam air
- Umur teknis kayu
- dll
Kapal Rindu Air PSP IPB
- Alat yang digunakan
Martil digunakan untuk membantu pahat memasukkan pakal kedalam sela-sela yang akan didempul.
2. Pahat
Pahat ini khusus digunakan untuk memasukkan pakal ke dalam sela-sela yang akan didempul dengan menggunakan palu/martil.
3. Alat pembersih kulit kasko
heheh..saya kurang tau apa nama alat ini. Tetapi menurut yang aku tangkap di praktikum ini, alat ini khusus digunakan untuk membersihkan bagian dan sekitar sela-sela yang akan didempul. Selain itun juga alat ini berfungsi untuk mengoleskan adukan dempul damar pada saat setelah adukan semen putih yang telah diolesi ke dalam sela-sela tersebut dalam keadaan kering. Jadi adukan dempul Damar ini berfungsi untuk merekatkan adukan semen putih dengan permukaan sekitar sela-sela yang akan didempul.
4. Tempat Adukan
Biasanya tempat yang digunakan adalah baskom, seperti terlihat pada gambar berikut ini.
- Bahan yang digunakan
Pakal ini digunakan untuk lapisan pertama yang dimasukkan pada sela-sela yang akan didempul. Pakal ini dimasukkan sebanyak mungkin sampai sela yang akan didempul tersebut tertutup.
2. Semen Putih
Semen putih ini digunakan pas setelah bahan pakal telah dimasukin ke dalam sela-sela yang akan didempul. Tetapi seblum semen putih ini di masukin, terlebih dahulu diaduk dengan menggunakan Solar sampai kental.
3. Dempul Damar
(maaf tidak sempat ngambil gambarnya, soalnya keburu diaduk....)
Dempul damar ini digunakan pada saat adukan semen putih telah diolesi di sela-sela yang akan didempul dalam keadaan kering.
4. Lem Top
Lem top ini diaduk dengan menggunakan bensin dan dicampur dengan dempul damar.
4. Solar
Biasanya bahan yang digunakan untuk mengaduk semen putih dan dempul damar adalam minyak tanah. Akan tetapi karena saat ini minyak tanam susah untuk didapatkan, maka pilihan yang tepat adalah menggunakan solar.
Pada praktikum ini solar dituangkan untuk mengaduk semen putih dan dempul damar sampai mencapat keadaan kemtal.
5. Cat
Cat ini digunakan untuk menutupi hasil pendempulan, supaya tidak terlihat kotor.
Nah...di atas telah saya jelaskan alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum perbaikan kapal kali ini. Sekarang adalah proses pendepulan pun akan kita lihat seperti di bawah.
B. Proses Pendempulan
Sebelum pendempulam dilakukan, kita bersihkan dulu sela-sela yang akan didempul. Suapa kotoran atau partikel yang terdapat di sela tersebut tidak mengganggu proses pendempulan. Setelah itu pakal kita masukkan ke dalam sela-sela yang akan di dempul. Seperti gambar berikut ini:
Nah..setelah pakal selesai dimasukin ke sela-sela yang akan didempul, maka selanjutnya kita akan melakukan pengadukan semen putih yang dicampur dengan solar, seperti gambar di bawah ini:
Dari gambar di atas terlihat bahwa solar dicampur pada adonan semen putih. Tetapi kita tidak bisa sekaligus menuangkan solar banyak-banyak, harus dengan perkiraan karena dapat mempengaruhi kekentalan adonan.
Setelah adonan semen putih sudah siap, maka sekarang waktunya untuk mengoleskan adonan tersebut ke sela-sela yang akan didempul. Untuk prosesnya dapat kita lihat pada gambar berikut ini:
Menunggu olesan semen putihnya kering, mari kita aduk lagi dempul damar.
Untuk proses pengadukan dapat kita lihat seperti di bawah ini:
Pada gambar di atas, terlihat teman saya satria sedang mengaduk adukan dempul damar yang dicampur dengan lem top, yang kemudian diolesi pada permukaan sela-sela yang telah diolesi adukan semen putih terlebih dahulu.
Setelah langkah-langkah di atas selesai silakukan, maka pengecetan pun bisa dulakukan.
Demikian penjelasan yang dapat saya berikan. Jika ada kesalahan dan kekurangan dalam penulisan ini, saya mohon maaf. Tolong tinggalkan komentar anda.
Terima kasih.
Galeri Foto
RI Mendesak Miliki UU Kelautan
Sekretaris Dewan Kelautan Indonesia Rizald Max Rompas menjelaskan, adanya UU Kelautan, tata kelola kelautan di Tanah Air diharapkan bisa lebih baik. Setidaknya ada tiga langkah mendasar dalam pengolaan kelautan.
"Pertama mendorong terbentuknya coast guard dengan peran multifungsi terkait dengan keamanan, keselamatan, dan penegakan hukum di laut" kata Rompas dalam Focus Discussion Group (FGD) Kebijakan Ke-Jautan Indonesia dalam Pembangunan Perekonomian Nasional Menuju Negara Maritim di Kementerian Kominfo, Jakarta, akhir pekan lalu.
Hal lain adalah mendorong Dewan. Kelautan Indonesia menjadi lembaga pemerintah nonkementerian (LPNK) agar peran dan fungsinya lebih implementauf.
"Lalu, meningkatkan mekanisme tata pemerintahan di bidang SDM, ekonomi kelautan, pengelolaan lingkungan laut serta pemerintahan pusat dan daerah," ujarnya.
Rompas menambahkan. Indonesia sebagai megara maritim juga harus berperan aktif dan menjadi pemimpin pada tataran tingkat regional dan internasional.
"Kita mendorong Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Perhubungan, Kementerian Kebudayaan dan Ekonomi Kreatif, juga TNI AL dan Polisi Air (Polair) untuk berperan aktif dalam kerja sama regional dan internasional," tutur Rompas.
Lima Agenda
Sementara itu, Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor (IPB) Indra Jaya menyatakan, setidaknya ada lima agenda strategis yang harus dilakukan pemerintah Indonesia untukmempertahankan sebagai negara maritim dan kelautan.
Lima agenda itu adalah, pertama, memperkuat teknologi kelautan, dan kegiatan survei oseanografi dan jasa kelautan lainnya. Kedua, enhancing tingkat kompetitif nasional dan internasional industri transportasi maritim diserta efisiensi pelabuhan.
Agenda ketiga adalah memelihara stok sumber daya ikan dalam level yang menjamin keberlanjutan industri perikanan. Keempat, memelihara dan memperkuat integrasi pengelolaan wilayah pesisir dan laut sebagai wilayah muJtiuses. "Kelima, memperkuat diplomasi kelautan, termasuk yang terkait dengan isu tata kelola kelautan global," tutur dia dalam diskusi tersebut
Menurut Indra, jika pemerintah tak serius mengelola sektor itu, dikhawatirkan kelautan Indonesia hanya akan menjadi ajang pesta pora pelaku illegal fishing nelayan dan kapal asing.
Sementara itu, mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Sarwono Kusumaatmadja menilai, kelima agenda strategis tersebut harus dilakukan secara integratif dan koordinatif. "Kalaupun Indonesia belum punya kapal induk, Indonesia tetap diakui sebagai negara maritim yang kuat," tutur dia.
Dirjen Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (KP3K) Kementerian Kelautan dan Perikanan Sudirman Saad menjelaskan, tantangan serius yang dihadapi sektor kelautan saat ini adalah adanya degradasi lingkungan, iklim dan rawan bencana.
"Tantangan lainnya adalah keberadaan pulau tak produktif dan konflik perbatasan, serta tingginya kemiskinan di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil" dan terluar," papar dia.
Dari pendataan termutakhir, Indonesia saat ini memiliki 13.466 pulau. Sebanyak 7,8 juta jiwa penduduk tinggal di kawasan pesisir terluar. Angka kemiskinan di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil dan terluar mencapai 22 juta jiwa, (ban)