Menurut ISO (International Organization For Standardization), bahwa jaring didefinisikan sebagai susunan mata jaring dalam bentuk dan ukuran yang bervariasi yang dibuat dari juraian atau gabungan suatu yarn atau sistem yarn yang terdiri atas satu sistem yarn atau lebih (Klust 1987). Bahan jaring terbuat dari dua bahan, yaitu Natural fibres (serabut alami) dan man made fibres (serabut buatar).
1. Serabut Alami
Sebagian besar jaring untuk menangkap ikan terbuat dari bahan alami tumbuhan (vegetable fibres) berasal dari bahan cotton, manila, hemp, linen, dan rami.Selain itu, sering juga digunakan bahan alami yang berasal dari hewan (animal fibres) terbuat dari sutera atau buluh, meskipun untuk pembuatannya mahal dan dinilai kurang sesuai.Tapi sebagai pengecualian, di Jepang ada alat penangkap ikan yang terbuat dari jaring sutera (Klust 1987). Serabut alami adalah serat yang terbuat dari bahan alami baik nabati maupun hewani tanpa proses kimia atau transformasi. Bagian-bagian tumbuhan yang dapat digunakan sebagai bahan alat penangkapan ikan adalah dari bijian, bast, daun, dan buah.
Serat alami terbagi menjadi tiga kelompok yaitu serat tumbuhan, serat hewani dan serat mineral.Searat tumbuhan terbagi menjadi empat kategori yaitu serat bijian, serat daunan, serat kulit, dan serat buahan.Serat hewani (Animal fiber) umunya sebagian besar terdiri dari protein, yang secara langsung dapat digunakan adalah sutra, bulu atau dikenal dengan wool.
2. Serabut Buatan
Serabut buatan disebut juga serabut sintesis. Menurut Klust (1987), sintesis adalah istilah ilmiah dan teknis untuk proses kimia dimana unsur-unsur kimia yang sederhana digabung menjadi susunan baru yang semakin rumit dan sifatnya berbeda dari sifat semula. Serabut sintesis terbuat dari bahan sintesis yang dapat dihasilkan dari bahan-bahan sederhana seperti phenol, benzena, acetylene, prussic acid, dan chlorine.Sedangkan serabut buatan dari bahan alami yaitu selulosa dan protein, terbuat dari bahan yang lebih kompleks dan hanya dapat diubah menjadi bentuk serabut (cellulose rayon, cellulose wool, protein wool).
Serabut buatan (man made fibres) yang tergolong serat sintesis dinilai dapat memberi keuntungan dalam pembuatan jaring. Namun serabut buatan yang dihasilkan dari generasi cellulose, seperti rayon dan cellulose wool, dinilai kurang menguntungkan disbanding dengan serabut alami sehingga bahan ini tidak digunakan dalam pembuatan jaring (Klust 1987).
Menurut Klust (1987), serabut sintesis dapat dikalsifikasikan secara kimia, yaitu:
1. Polyamide
(PA)
Polyamide
(PA) memiliki dua tipe yang paling sering digunakan, yaitu:
a. Polyamide
6.6 yang terdiri dari dua komponen, yaitu hexamethylene
diamine dan adipic acidyag
masing-masing memiliki 6 atom karbon. Serabut ini dikembangkan pada tahun 1935
oleh W.H. Carothers (USA). Bahan ini sering disebut nylon (Klust 1987).
b. Polyamide
6, awalnya dikenal dengan nama dagang Perlon yang terbuat dari satu monomer
yang disebut caprolactam yang mengandung 6 atom karbon dan dikembangkan pada
tahun 1937/1938 oleh ilmuwan kimia dari Jerman bernama P.Schlack (Klust 1987).
2. Polyester
(PES)
Menurut Klust (1987),
serabut polyester (PES) dikembangkan
oleh JR Whinfield dan JT Dickson dari Inggris sekitar tahun 1940-1941. Serabut
ini dihasilkan dari polikondensasi terephatic
acid dan alcohol ethyleneglycol.Hasil
senyawa kimia dari asam dan alkohol disebut ester sehingga istilah serabut yang
dihasilkan adalah polyester.Nama
dagang dari PE adalah Terylene.
3. Polyethylene
(PE)
Polyethyleneatau PE dihasilkan menurut cara yang dikembangkan
oleh Ziegler (Jerman) pada tahun 1950. Serabut yang dihasilkan dengan cara baru
ini mempunyai sifat-sifat fisik yang lebih baik. Menurut Klust (1987), bahan
dasar dari polyethylene adalah
monomer ethylene yang diperoleh dari
minyak.
4. Poly prophylene
(PP)
Polyprophylene
atau biasa disebut PP terbuat dari bahan dasar yang sama dengan PE, yaitu
monomer ethylene. Polyprophylene dikembangkan pada tahun
1954 dan dikenal dengan nama dagang Meraklon. PE dan PP secara kolektif sering
disebut polyolefines (Klust 1987).
5. Polyvinyl chloride
(PVC)
Menurut Klust (1987)
PVC dikembangkan oleh F.Klate dan H.Hubbert asal Jerman, dari monomer vinyl chloride merupakan serabut
sentesis pertama yang dihasilkan secar skala industri. Serabut sintesis ini
dikenal dengan nama Pe Ce, dan tahan pembusukan (Klust 1987).
6. Polyvinyledene chloride
(PVD)
PVD dikembangkan pada
tahun 1939 di USA yang dihasilkan dari proses co-polimerisasi dari campuran
vinyl chloride (sekurang-kurangnya 80%) dan bahan kedua, misalnya vinyl
chloride. Komposisi ini menghasilkan produk yang dikenal dengan nama
Saran. Sementara yang terbuat dari
chloro fibre dikenal dengan nama Vinyon (Klaust 1987).
7. Polyvynil alcohol
(PVA)
PVA berkembang pesat
di Jepang sejak tahun 1938. Tipe serabut PVA yang dibuat dan digunakan sebagai
jaring untuk penangkapan ikan di Jepang tidak dapat larut di dalam air dengan
tingkat acetalisasi yang berbeda dan sekarang diberi symbol PVAA, misalnya
kuralon (Klaust 1987).