Home » , » Bahan Jaring (Untuk Alat Tangkap)

Bahan Jaring (Untuk Alat Tangkap)

KARTA JAYA | 4/07/2012 | 0 komentar |
Menurut ISO (International Organization For Standardization), bahwa jaring didefinisikan sebagai susunan mata jaring dalam bentuk dan ukuran yang bervariasi yang dibuat dari juraian atau gabungan suatu yarn atau sistem yarn yang terdiri atas satu sistem yarn atau lebih (Klust 1987). Bahan jaring terbuat dari dua bahan, yaitu Natural fibres (serabut alami) dan man made fibres (serabut buatar).


1. Serabut Alami
Sebagian besar jaring untuk menangkap ikan terbuat dari bahan alami tumbuhan (vegetable fibres) berasal dari bahan cotton, manila, hemp, linen, dan rami.Selain itu, sering juga digunakan bahan alami yang berasal dari hewan (animal fibres) terbuat dari sutera atau buluh, meskipun untuk pembuatannya mahal dan dinilai kurang sesuai.Tapi sebagai pengecualian, di Jepang ada alat penangkap ikan yang terbuat dari jaring sutera (Klust 1987). Serabut alami adalah serat yang terbuat dari bahan alami baik nabati maupun hewani tanpa proses kimia atau transformasi. Bagian-bagian tumbuhan yang dapat digunakan sebagai bahan alat penangkapan ikan adalah dari bijian, bast, daun, dan buah.

Serat alami terbagi menjadi tiga kelompok yaitu serat tumbuhan, serat hewani dan serat mineral.Searat tumbuhan terbagi menjadi empat kategori yaitu serat bijian, serat daunan, serat kulit, dan serat buahan.Serat hewani (Animal fiber) umunya sebagian besar terdiri dari protein, yang secara langsung dapat digunakan adalah sutra, bulu atau dikenal dengan wool.

2. Serabut Buatan
Serabut buatan disebut juga serabut sintesis. Menurut Klust (1987), sintesis adalah istilah ilmiah dan teknis untuk proses kimia dimana unsur-unsur kimia yang sederhana digabung menjadi susunan baru yang semakin rumit dan sifatnya berbeda dari sifat semula. Serabut sintesis terbuat dari bahan sintesis yang dapat dihasilkan dari bahan-bahan sederhana seperti phenol, benzena, acetylene, prussic acid, dan chlorine.Sedangkan serabut buatan dari bahan alami yaitu selulosa dan protein, terbuat dari bahan yang lebih kompleks dan hanya dapat diubah menjadi bentuk serabut (cellulose rayon, cellulose wool, protein wool).
Serabut buatan (man made fibres) yang tergolong serat sintesis dinilai dapat memberi keuntungan dalam pembuatan jaring. Namun serabut buatan yang dihasilkan dari generasi cellulose, seperti rayon dan cellulose wool, dinilai kurang menguntungkan disbanding dengan serabut alami sehingga bahan ini tidak digunakan dalam pembuatan jaring (Klust 1987).

Menurut Klust (1987), serabut sintesis dapat dikalsifikasikan secara kimia, yaitu:
1.      Polyamide (PA)
Polyamide (PA) memiliki dua tipe yang paling sering digunakan, yaitu:
a.       Polyamide 6.6 yang terdiri dari dua komponen, yaitu hexamethylene diamine dan adipic acidyag masing-masing memiliki 6 atom karbon. Serabut ini dikembangkan pada tahun 1935 oleh W.H. Carothers (USA). Bahan ini sering disebut nylon (Klust 1987).
b.      Polyamide 6, awalnya dikenal dengan nama dagang Perlon yang terbuat dari satu monomer yang disebut caprolactam yang mengandung 6 atom karbon dan dikembangkan pada tahun 1937/1938 oleh ilmuwan kimia dari Jerman bernama P.Schlack (Klust 1987).
2.      Polyester (PES)
Menurut Klust (1987), serabut polyester (PES) dikembangkan oleh JR Whinfield dan JT Dickson dari Inggris sekitar tahun 1940-1941. Serabut ini dihasilkan dari polikondensasi terephatic acid dan alcohol ethyleneglycol.Hasil senyawa kimia dari asam dan alkohol disebut ester sehingga istilah serabut yang dihasilkan adalah polyester.Nama dagang dari PE adalah Terylene.
3.      Polyethylene (PE)
Polyethyleneatau  PE dihasilkan menurut cara yang dikembangkan oleh Ziegler (Jerman) pada tahun 1950. Serabut yang dihasilkan dengan cara baru ini mempunyai sifat-sifat fisik yang lebih baik. Menurut Klust (1987), bahan dasar dari polyethylene adalah monomer ethylene yang diperoleh dari minyak.
4.      Poly prophylene (PP)
Polyprophylene atau biasa disebut PP terbuat dari bahan dasar yang sama dengan PE, yaitu monomer ethylene. Polyprophylene dikembangkan pada tahun 1954 dan dikenal dengan nama dagang Meraklon. PE dan PP secara kolektif sering disebut polyolefines (Klust 1987).
5.      Polyvinyl chloride (PVC)
Menurut Klust (1987) PVC dikembangkan oleh F.Klate dan H.Hubbert asal Jerman, dari monomer vinyl chloride merupakan serabut sentesis pertama yang dihasilkan secar skala industri. Serabut sintesis ini dikenal dengan nama Pe Ce, dan tahan pembusukan (Klust 1987).
6.      Polyvinyledene chloride (PVD)
PVD dikembangkan pada tahun 1939 di USA yang dihasilkan dari proses co-polimerisasi dari campuran vinyl chloride (sekurang-kurangnya 80%) dan bahan kedua, misalnya vinyl chloride. Komposisi ini menghasilkan produk yang dikenal dengan nama Saran.  Sementara yang terbuat dari chloro fibre dikenal dengan nama Vinyon (Klaust 1987).
7.      Polyvynil alcohol (PVA)
PVA berkembang pesat di Jepang sejak tahun 1938. Tipe serabut PVA yang dibuat dan digunakan sebagai jaring untuk penangkapan ikan di Jepang tidak dapat larut di dalam air dengan tingkat acetalisasi yang berbeda dan sekarang diberi symbol PVAA, misalnya kuralon (Klaust 1987).
Share this article :
 
Didukung oleh : Karta Jaya Web | TIPS untuk Blogger | TIPS dan TRIK BLOG
Copyright © 2010. LautanBiru.com
Note : Semua artikel yang ada dalam blog ini, semata-mata hanya untuk
dibagikan buat sobat blogger yang membutuhkan
Template blog telah dimodifikasi dengan perubahan tampilan yang ada.
TERIMA KASIH atas kunjungan Anda.
Jika ada saran/kritik, silahkan kirim e-mail ke:
Kartajaya25@gmail.com atau karta.tambunan@ymail.com